Deddy juga menyebutkan data lain dari KNKT menyebutkan bahwa 80 % kecelakaan di tol akibat mobil kekurangan tekanan ban. "Padahal truk ODOL sangat mengganggu kinerja ban itu sendiri," ujar Deddy.
Menurutnya karena beban yang berlebih, risiko kerusakan pada armada dan infrastruktur jalan tak bisa terhindarkan.
Bicara risiko truk ODOL, Deddy mengatakan lebih fatal. Sebab masalah-masalah seperti truk rem blong, ban truk pecah, as roda truk patah, suspensi truk patah, truk terguling, dan jalan cepat rusak jadi hal yang lekat dengan truk muatan berlebih ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau pengusaha ingin berhemat inginnya 36 ton ingin diangkut langsung dalam 1 truk selain murah tentunya cepat. Tapi tidak artinya bila cepat dan murah itu pada akhirnya malah membuat celaka di jalan malah mengganggu produksi / kinerja jalan / jalan tol itu sendiri," jelasnya.
Namun Kementerian Perindustrian meminta agar implementasi tersebut ditunda karena dinilai dapat menurunkan daya saing. Deddy menyoroti keselamatan di jalan lebih utama.
"Membersihkan dari truk-truk ODOL harus kerja keras semua lini stakeholder bila ingin zero accident. Kinerja jembatan timbang harus diupgrade setiap waktu, data-data setiap truk-truk ditimbang idealnya terkoneksi dengan server Kemenhub dan Dishub setempat, sehingga bisa menekan resiko truk-truk ODOL berjalan," tutup Deddy.
(riar/lth)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah