Amerika Bikin Industri Otomotif Iran Berantakan

Amerika Bikin Industri Otomotif Iran Berantakan

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Jumat, 10 Jan 2020 07:35 WIB
Foto: AP Photo/ Evan Vucci
Jakarta - Hubungan Amerika Serikat dan Iran memanas. Amerika juga sudah membuat industri otomotif Iran berantakan.

Iran punya dua industri otomotif besar bernama Khodro dan Saipa yang sebelumnya didukung oleh pabrikan Prancis, Peugeot S.A (PSA) Group. Namun, lantaran sanksi ekonomi Amerika Serikat, Peugeot menarik diri dari industri otomotif Iran.

"PSA Grup telah menangguhkan kegiatan usaha patungannya, untuk mematuhi peraturan AS pada 6 Agustus 2018," kata PSA Grup kepada AFP pada tahun lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Diberitakan Zing, Iran pernah menjadi pasar mobil terbesar di kawasan itu. Tapi karena sanksi ekonomi Amerika Serikat, penjualan mobil di Iran anjlok. Harga mobil pun meroket.

Pada 2017, Iran memproduksi lebih dari 1,5 juta kendaraan, naik 14% dari tahun sebelumnya. Tapi setahun kemudian, jumlah kendaraan yang diproduksi tak sampai 1 juta unit. Penjualan tahun 2019 diprediksi turun lagi 20% atau bahkan lebih.

Sanksi ekonomi Amerika Serikat telah menghentikan rantai pasokan komponen PSA dan Renault untuk Khodro dan Saipa. Selama bertahun-tahun, Khodro dan Saipa adalah dua produsen kendaraan utama untuk pasar ini.

Kementerian Perindustrian Iran menyebut perusahaan mobil di sana menimbun barang dan mendongkrak harga mobil. Laporan-laporan media mengatakan, 160.000 sampai 300.000 mobil baru cuma disetok padahal siap untuk dijual. Puluhan ribu kendaraan masih dalam jalur produksi karena kekurangan suku cadang. Harga mobil pun makin mahal karena pasar sedang langka.


Sanksi ekonomi telah berdampak buruk bagi industri otomotif Iran. Pada kalender fiskal 2018, jumlah mobil yang diproduksi di sana hanya 956.000, turun 38% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Itu menjadi berita buruk untuk ekonomi Iran lantaran industri otomotif menyumbang hingga 10% Produk Domestik Bruto (PDB) dan mempekerjakan hingga 4% tenaga kerja.

Padahal, ketika Iran setuju dengan kesepakatan nuklir 2015, gelombang investasi di industri otomotif tumbuh cukup kuat, terutama dari PSA dan Renault. Pada 2016, PSA sepakat untuk membangun pabrik baru dengan kapasitas produksi 200.000 mobil/tahun. Renault juga menandatangani perjanjian untuk menginvestasikan US$ 778 juta untuk membangun pabrik baru dengan kapasitas 150.000 kendaraan per tahun di dekat Teheran.

Namun, proyek itu mandek. Saat ini proses pembangunan kedua pabrik terhenti karena sanksi ekonomi Amerika Serikat.


(rgr/riar)

Hide Ads