Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno menilai selesainya pembangunan tol perlu dibarengi dengan edukasi soal etika di tol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, sosialisasi terkait etika saat melintas di jalan tol masih dirasa kurang maksimal. Tidak hanya dari satu sisi, Djoko menambahkan baik regulator maupun operator perlu bersinergi untuk menciptakan keamanan bersama.
Djoko mengingatkan bahwa kecelakaan di jalan tol tidak terlepas dari faktor kelalaian manusia seperti tidak tertib aturan, melebihi kapasitas muat angkut hingga memaksakan diri saat mengemudi.
"Kecelakaan lalu lintas berupa pecah ban, tabrak belakang truk barang di jalan tol belum bisa dihindari. Demikian pula sopir yang mengantuk sering menjadi penyebab kecelakaan di tol," ujarnya.
Terakhir ia kembali mengingatkan kepada pengemudi bahwa untuk selalu konsentrasi dan memperhatikan batas kecepatan.
"Jalan tol bukan sirkuit balapan kendaraan bermotor. Batas kecepatan hendaknya dapat diterapkan di seluruh ruas jalan tol. Jika merasa lelah, sebaiknya tidak meneruskan perjalanan dan beristriahatlah," imbaunya.
Sebagai informasi, dalam libur Nataru akhir tahun 2019 ini, terdapat penambahan kapasitas jaringan jalan tol. Yakni Tol Layang Jakarta - Cikampek (38 km), Tol Terbanggi Besar - Pematang Panggang - Kayu Agung (185 km), sebagian ruas Tol Balikpapan - Samarinda (64 km), fungsional sebagian ruas Tol Manado - Bitung serta fungsional ruas Kayu Agung - Palembang.
Ruas Tol Layang Jakarta - Cikampek, Tol Balikpapan - Samarinda dan Tol Terbanggi Besar - Kayu Agung belum dikenakan tarif.
(riar/lth)
Komentar Terbanyak
Pajak Kendaraan Indonesia Salah Satu Tertinggi di Dunia, Masyarakat Dapat Apa?
Kesaksian Pemobil Lihat Ban Bocor Massal di Tol Cipularang
Gara-gara Mobil Listrik, 60 Persen SPBU Sampai Tutup