Abah menceritakan musibah yang dialami Keluarga Kusmajadi waktu itu, terjadi sangat cepat. Bahkan semuanya tidak pernah menyangka Keluarga Kusmajadi harus kehilangan Wak Iyan.
"Tidak ada tanda-tanda saat perjalanan. Memang waktu 10 hari pertama, saya udah bertanya sama beliau, apakah beliau baik-baik saja. Karena sepenglihatan saya beliau tidak biasa, seperti terkena serangan jantung, keluar keringat dingin, dll, saya tahu itu karena saya teringat almarhum ayah saya. Dan waktu itu saya tanya bagaimana kondisinya, namun beliau bilang biasa saja, nanti juga hilang dan normal kembali. Setelah itu beliau pulih dan sangat senang sekali, bahkan dalam perjalanan dia selalu foto kirim ke keluarga, teman-teman atau siapa saja yang bisa beliau kasih kabar," kata Abah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat kejadian waktu itu, kami langsung menuju ke puskesmas dalam relatif waktu cepat, ternyata menurut dokter beliau sudah meninggal dunia. Kami sebagai anggota keluarga akan melakukan yang terbaik, sehingga kami akan putuskan untuk membawa jenazah pulang ke keluarga. Karena waktu itu kejadian siang, akhirnya kita menyusun rencana untuk bisa membawa pulang jenazah ke Garut Jawa Barat," cerita Abah Dodi.
![]() |
Berkat doa dan berusaha untuk bisa mengantar jenazah ke-keluarga. Bahkan yang sebelumnya jenazah yang harus terbang sendiri, karena keluarga Kusmajadi tidak memiliki tiket yang sama. Namun semuanya, berubah dan keluarga Kusmajadi pun bersyukur bisa terbang bersama jenazah ke Jakarta.
"Waktu itu kejadiannya di daerah Poso, tepatnya di taman nasional Lore Lindu. Kenapa kami ke sana, karena di sana ada batu megalitikum, dan itu cuma ada dua ada di sana dan satu lagi di pasifik. Dan kami coba bertindak cepat, banyak netizen temen-temen yang membantu kami padahal baru kenal. Mereka membantu cari ambulans, peti untuk jenazah semua dibantu," kata Abah Dodi.
"Awalnya jenazah terbang sendiri karena kami tidak punya tiket, akhirnya karena pertolongan Allah memudahkan, akhirnya kami bisa terbang bersama jenazah. Dan ini sempat membuat kami berpikir apakah kita sudah kan saja perjalanan ini waktu itu, tapi akhirnya kami semua diberi kemudahan," tambah Abah Dodi.
Sehingga Abah Dodi mengatakan hilangnya Wak Iyan jadi refleksi diri dan bisa berintrospeksi diri.
"Jadi memang berat, tapi jadi momentum refleksi kepada diri sendiri, dan menjadi introspeksi diri. Dan moment, ini lebih mempererat hubungan keluarga kami. Waktu itu bahkan tidak ada sinyal. tapi kami dibantu banyak orang, kami sadar tuhan memberikan cobaan tapi tuhan juga memberikan kemudahan," tutup cerita Abah Dodi.
(lth/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah