Jakarta - Fajar Shiddiq (27) pria asal Bandung yang bergabung sebagai mitra GrabCar. Fajar merupakan mitra pengemudi
Grab dengan kondisi tuli.
Namun di tengah keterbatasan yang dimilikinya, ia tidak pernah merasa ruang geraknya bersekat. Fajar menjadi teman tuli pertama yang menjadi mitra GrabCar di Bandung.
Sebelum bergabung dengan
Grab, dia pernah bekerja di butik selama satu tahun. Dia bertugas memotong kain dan semacamnya. Namun, karena merasa tidak cocok dan penghasilannya terasa kurang, dia memilih berhenti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah keluar, Fajar mencari pekerjaan di tempat lain. Namun, dia selalu ditolak. Bahkan, selama satu tahun dia tidak memiliki pekerjaan.
"Awalnya saya sudah mencari kerja ke banyak tempat, tapi selalu ditolak. Saya bingung. Kemudian, waktu itu, saya dapat info dari Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) soal kesempatan kerja di Grab. Mereka tahu kemampuan menyetir saya sangat baik," ujar Fajar dengan menggunakan bahasa isyarat.
Menjadi mitra Grabcar, Fajar mengaku mengalami perubahan, terutama keberanian untuk berkomunikasi.
"Dulu, waktu saya belum kerja di Grab, kadang-kadang saya merasa kurang percaya diri. Kalau bertemu orang juga khawatir salah ngomong, takut salah paham. Tapi, setelah masuk Grab, saya jadi berpikir, tidak apa-apa, meskipun saya tuli, saya tetap harus berani untuk berkomunikasi. Apalagi saya punya tanggung jawab agar customer selamat sampai tujuan, jadi saya harus berani," tutur Fajar.
Fajar sadar akan kemungkinan kesulitan berkomunikasi dengan customer, namun ada satu cara yang ia lakukan kepada konsumennya.
Fajar Foto: Grab |
"'Maaf saya enggak bisa dengar. Jadi, kalau mau komunikasi bisa duduk di depan'. Saya juga tempel poster (berisi informasi bahwa saya tuli dan informasi lainnya) di mobil saya, supaya customer paham." jelasnya.
Fajar sendiri tidak pernah mengambil risiko dalam berkendara. Dia lebih memilih keselamatan penumpangnya.
"Saya biasanya tidak salip-menyalip. Saya biasanya berusaha bersabar saja. Yang penting saya dan customer selamat sampai tujuan. Menurut saya, pengguna jalan pun harus sopan, tidak usah berebut jalan. Saya sendiri menghindari hal itu." cerita Fajar.
Berbagai pengalaman menarik. Tidak sedikit yang terkejut ketika bertemu Fajar, banyak juga yang membuat Fajar terkejut atas sikap para penumpangnya.
"Dulu ada customer. Dia sadar bahwa saya tuli. Jadi, selama perjalanan, dia hanya diam. Akhirnya saya coba komunikasi. Customer-nya kaget. Akhirnya kami komunikasi, tapi saya minta komunikasinya pelan-pelan. Setelah sampai di tujuan, dia bilang terima kasih menggunakan bahasa isyarat. Saya kaget. 'Kok bisa?' tanya saya, dia bilang, 'Kan saya melihat posternya'," tutur Fajar sembari tersenyum.
Hal itu membuat Fajar terharu dan senang karena penumpangnya berusaha mempelajari bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengannya. Dia pun berharap semakin banyak orang yang mau mempelajari bahasa isyarat.
Fajar bekerja mulai pukul 5 pagi hingga Maghrib. mengaku terbantu secara ekonomi. Hasil jerih payahnya itu dia pakai untuk keperluan sehari-hari, membantu orang tua, ditabung untuk menikah, dan membuat usaha lain.
Kini, Fajar sedang berupaya mewujudkan salah satu mimpinya, yakni membuat Kopi Tuli. Nantinya, selain menjadi tempat ngopi, tempat tersebut juga menjadi ruang bagi masyarakat untuk belajar bahasa isyarat.
"Saya ingin memiliki usaha Kopi Tuli. Kebetulan di Bandung belum ada Kopi Tuli. Saya juga sedang mencari tempatnya. Di sana, orang-orang juga bisa belajar bahasa isyarat," katanya.
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?