"Kalau unik banyak ya, kalau saya mungkin berkiblatnya kembali ke pribadi sopirnya. Kita nggak bisa sombong," buka Roviq kepada detikcom di Jakarta Timur.
Baca juga: Jadi Sopir Ambulans Harus Banyak Sabar |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu itu saya mengalami kecelakaan di Pantura, (daerah) Patok Besi. Teman saya yang sopir ini mengatakan keluarganya minta iring-iringan agar tidak terlalu cepat," kata Roviq.
Tapi si sopir ini berkata kapan sampainya, dia inginnya cepat. Akhirnya kecelakaan, dua ban pecah yang malah menghabiskan waktu lebih banyak," ungkap Roviq.
Dari peristiwa tersebut Roviq memetik hikmah agar selalu bekerja sesuai prosedur. Agar penumpang di belakang agar tetap nyaman meski sudah tak bernyawa.
"Saya ambil kesimpulan janganlah kita sombong, karena bagaimanapun juga jenazah perlu perjalanan yang nyaman. Bukan yang cepat tapi nyaman dengan kehati-hatian," pungkas Roviq.
(riar/ddn)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
Biaya Tes Psikologi Naik, Perpanjang SIM Bakal Keluar Duit Segini