Rabu, 13 Feb 2019 19:09 WIB
Alasan Motor Tidak Cocok Pakai Solar Panel

Jakarta - Melihat potensi penggunaan energi matahari sebagai sumber tenaga kendaraan memang sangat ekonomis. Bagaimana tidak, hanya perlu menjemurnya di bawah sinar matahari kendaraan bisa melaju dalam kecepatan dan jarak tempuh tertentu.
Namun tidak semua jenis kendaraan bisa mengaplikasikan teknologi ini dengan beberapa alasan. Pertama adalah masalah ukuran dan kedua adalah energi matahari tidak bisa dikontrol atau dipindahkan begitu saja seperti bahan bakar biasa untuk saat ini.
"Kalau untuk mobil memang bisa dan diterapkan solar panel, tapi kalau untuk motor saya rasa sulit sekali karena keterbatasan ruang. Kalaupun dipasang itu hanya untuk energi alternatif semacam hybrid tidak sepenuhnya menggunakan tenaga matahari," ujar Marketing Director PT Sky Energy Indonesia, Ronald Sibarani di pabrik pembuatan solar panel mereka di Bogor, Jawa Barat.
Ronald menambahkan saat ini dengan teknologi yang ada penggunaan pada mobil masih belum cukup efisien. "Bahkan untuk mobil standar masih kecil hitungannya untuk sekarang," lanjutnya.
Untuk saat ini solar panel lebih tepat digunakan pada pengisian daya di rumah dengan kendaraan listrik. Dengan demikian biaya listrik akan dapat dipangkas tanpa harus membayar setiap bulannya dan akan memberikan penghematan yang cukup sigifikan bagi pengguna kendaraan listrik.
"Kalau untuk charging rumah kan bisa pakai slow charging sekitar 6-8 jam kan sekarang sudah full, jadi energi dari solar panel bisa dimanfaatkan oleh rumah yang menggunakan kendaraan listrik," tuturnya.
Ronald menegaskan solar panel merupakan perangkat yang digunakan untuk mengkonversi energi matahari menjadi listrik bukan penyimpanan. Oleh karena itu jika tidak digunakan langsung tetap membutuhkan tambahan baterai sebagai penyimpan sementara dari daya yang diperoleh dari matahari.
"Ini banyak yang masih salah kaprah, solar panel itu suatu alat yang mengubah sinar matahari UV menjadi energi listrik. Kalau untuk penggunaanya pada kendaraan khususnya tetap akan disalurkan ke sumber listrik seperti aki atau baterai sebelum digunakan untuk kebutuhan kendaraan," pungkas Ronald. (rip/lth)
Namun tidak semua jenis kendaraan bisa mengaplikasikan teknologi ini dengan beberapa alasan. Pertama adalah masalah ukuran dan kedua adalah energi matahari tidak bisa dikontrol atau dipindahkan begitu saja seperti bahan bakar biasa untuk saat ini.
Baca juga: Intip Pembuatan Lampu Panel Surya di Jalanan |
"Kalau untuk mobil memang bisa dan diterapkan solar panel, tapi kalau untuk motor saya rasa sulit sekali karena keterbatasan ruang. Kalaupun dipasang itu hanya untuk energi alternatif semacam hybrid tidak sepenuhnya menggunakan tenaga matahari," ujar Marketing Director PT Sky Energy Indonesia, Ronald Sibarani di pabrik pembuatan solar panel mereka di Bogor, Jawa Barat.
![]() |
Ronald menambahkan saat ini dengan teknologi yang ada penggunaan pada mobil masih belum cukup efisien. "Bahkan untuk mobil standar masih kecil hitungannya untuk sekarang," lanjutnya.
Untuk saat ini solar panel lebih tepat digunakan pada pengisian daya di rumah dengan kendaraan listrik. Dengan demikian biaya listrik akan dapat dipangkas tanpa harus membayar setiap bulannya dan akan memberikan penghematan yang cukup sigifikan bagi pengguna kendaraan listrik.
"Kalau untuk charging rumah kan bisa pakai slow charging sekitar 6-8 jam kan sekarang sudah full, jadi energi dari solar panel bisa dimanfaatkan oleh rumah yang menggunakan kendaraan listrik," tuturnya.
Ronald menegaskan solar panel merupakan perangkat yang digunakan untuk mengkonversi energi matahari menjadi listrik bukan penyimpanan. Oleh karena itu jika tidak digunakan langsung tetap membutuhkan tambahan baterai sebagai penyimpan sementara dari daya yang diperoleh dari matahari.
"Ini banyak yang masih salah kaprah, solar panel itu suatu alat yang mengubah sinar matahari UV menjadi energi listrik. Kalau untuk penggunaanya pada kendaraan khususnya tetap akan disalurkan ke sumber listrik seperti aki atau baterai sebelum digunakan untuk kebutuhan kendaraan," pungkas Ronald. (rip/lth)