Namun Kepala Panitia Pelaksana Proyek Masjid Berjalan sekaligus CEO Yasu Project Co., Ltd Yasuharu Inoue, memaparkan harus ada beberapa hal yang disiapkan terlebih dahulu. Yaitu alih teknologi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Investasinya mudah, tapi yang penting adalah software-nya dahulu. Pelajari dahulu teknologinya, apa pun yang ada di mobilnya," lanjutnya.
Dengan dibuat di Indonesia, harga masjid berjalan yang memiliki lebar 48 meter persegi ini menjadi jauh lebih murah. Bila mengikuti banderolannya di Jepang, masjid berjalan berbasis truk Hino tersebut dibanderol Rp 14 miliaran.
Baca juga: Truk Disulap Jadi Mesjid Berjalan |
"Memang mahal karena semua buatan Jepang, teknologi dan paten Jepang. Kalau bisa buat di Indonesia pakai teknologi alat dan ukuran (mobil) lebih kecil, akan lebih murah," ungkap Inoue.
Adapun kesulitan menurutnya, selama membuat masjid berjalan tersebut adalah teknologi yang digunakan untuk mengubah dari truk biasa menjadi berbentuk masjid dengan lebar 48 meter persegi.
"Kesulitan membuat adalah teknologi sangat sulit. Termasuk memperlebar dalam bentuk masjid. Jadinya seperti (perubahan) di film Transformer," tutupnya.
Tonton juga 'Keren! Jepang Sulap Truk Jadi Masjid Berjalan':
(ruk/rgr)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Gaya Merakyat Anies Baswedan di Formula E Jakarta, Duduk di Tribun Murah