Beri Hadiah Motor ke Anak Bawah Umur Sama Saja Memberi Senjata

#Nodrivingunder17

Beri Hadiah Motor ke Anak Bawah Umur Sama Saja Memberi Senjata

Dadan Kuswaraharja - detikOto
Senin, 25 Sep 2017 11:42 WIB
Foto: 20detik
Jakarta -

[Gambas:Video 20detik]

Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kecelakaan lalu lintas yang amat besar. Lebih buruknya lagi, data menunjukkan bahwa kecelakaan yang terjadi lebih sering melibatkan anak-anak di bawah umur. Dari data yang dikeluarkan oleh Korps Lalu Lintas Polri Bidang Pembinaan Penegakan Hukum, dalam kurun waktu dua tahun terakhir saja, kecelakaan lalu lintas paling banyak terjadi dan dialami oleh mereka yang berada di rentang usia 10 hingga 19 tahun.

Melihat situasi dan kondisi ini, Rifat Sungkar selaku pebalap, penggagas Rifat Drive Labs (RDL) dan duta detikOto untuk keamanan berkendara ini ikut angkat bicara. Rifat menyampaikan rasa prihatinnya terhadap anak-anak di bawah umur yang sudah diberikan kendaraan oleh orang tuanya.

"Masalah pemberian kendaraan terhadap anak-anak di bawah umur itu sebenarnya memiliki dampak sosial yang sangat besar. Coba sekarang kita bayangkan, misalnya di sebuah keluarga yang hanya memiliki satu orang anak. Orang tua harusnya sadar bahwa anaknya itu adalah harapan satu-satunya bagi masa depan keluarga, kelak ia akan menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Lalu sang anak diberikan sepeda motor oleh orang tuanya saat masih berumur 13 atau 14 tahun. Suatu hari, ia ditangkap polisi saat sedang berkendara. Orang tua yang memberikan kendaraan mungkin hanya berpikir agar mobilitas sang anak menjadi lebih mudah, tapi tanpa memikirkan faktor-faktor risiko dan keselamatan yang justru harus lebih diutamakan. Jika ditinjau dari segi hukum pun, polisi memang memiliki kewenangan untuk melakukan penilangan dan memberi hukuman," ujar Rifat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Lebih lanjut lagi, Rifat juga menekankan, "Keterbatasan dalam keluarga itu pasti ada. Memberikan hadiah sepeda motor kepada anak di bawah umur justru bisa menjadi senjata mematikan untuk anak mereka sendiri. Ditambah lagi mereka sedang berada di usia labil, saat di jalan ada teman-temannya yang mengebut pasti mudah terpancing emosi," ujarnya.

Menurut Rifat, untuk menyelesaikan masalah ini perlu didukung dengan sarana transportasi publik yang mumpuni. Namun, seiring dengan program pengembangan transportasi publik yang masih dilakukan oleh pemerintah, sementara ini peran orang tua atau keluarga merupakan faktor utama yang memengaruhi tingkat keselamatan anak-anak di bawah umur.



"Saya harapkan, orang tua jangan menjadikan ini sebagai tradisi seolah-olah dengan memberikan kebebasan bagi anaknya yang masih di bawah umur untuk mengendarai kendaraan bermotor, maka masalah akan terpecahkan. Justru sebaliknya, lebih banyak masalah yang akan terjadi jika hal ini terus diterapkan," tutup Rifat.

Terakhir Rifat berharap agar masyarakat Indonesia mau ikut mendukung program dan kampanye pemerintah dalam menggalakan aksi stop child driving atau menghentikan anak di bawah umur untuk berkendara.

"Generasi Indonesia sudah maju, pasti banyak solusi untuk menyelesaikan suatu masalah. Saya mau mengimbau agar para orang tua serta seluruh masyarakat Indonesia ikut membantu menyebarkan kampanye stop child driving. Jangan sampai hal ini menjadi bencana atau musibah bagi keluarga, karena perlu diingat, melibatkan anak di bawah umur untuk berkendara bisa menimbulkan dampak buruk, yaitu hilangnya masa depan untuk anak-anak Anda," tutup Rifat. (ddn/ddn)

Hide Ads