Dijelaskan oleh Head of Technical Specialist PT Pertamina Lubricants, Eko Setyobudi, SAE adalah tingkat kekentalan sebuah pelumas. SAE sendiri merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers yaitu badan yang mengeluarkan standar derajat viskositas pelumas.
Untuk pelumas kendaraan, saat ini kebanyakan menggunakan kode SAE yang ditulis 5W-30, 10W-30, 10W-40 dan sebagainya. Itu merupakan kekentalan ganda atau multigrade yang bisa memberikan kekentalan yang cukup pada temperatur dingin maupun panas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eko mengatakan, kekentalan sebuah pelumas disesuaikan dengan kebutuhan kendaraan. Biasanya tingkat kekentalan pelumas yang dibutuhkan kendaraan tertera di buku manual pemilik kendaraan.
"Karena kita enggak boleh terlalu encer, enggak boleh terlalu kental. Nanti akan mengganggu kinerja mesin," kata Eko.
Technical Specialist Gear, Hydraulic & Grease PT Pertamina Lubricants, Fadilwan dalam kesempatan yang sama menjelaskan, dulu pelumas dibuat dengan kekentalan tunggal. Di Amerika saat itu, pada musim dingin menggunakan oli dengan kode SAE W (winter atau musim dingin), dan musim panas harus diganti lagi dengan oli khusus untuk musim panas.
"Waktu musim dingin dia pakai W, di musim panas dia ganti lagi. Berkembang, berkembang, berkembang sekarang dibuat multigrade. Artinya pada musim dingin dan musim panas tidak perlu diganti lagi pelumasnya," jelas Fadilwan.
Eko menjelaskan, untuk pelumas multigrade di Indonesia, pada saat mesin dalam kondisi dingin, pelumas tidak begitu kental dan pada saat panas pelumas juga kekentalannya cukup.
"Jadi saat dingin, (kendaraan) mudah di-starter, tenaga tidak dimakan oleh oli. Tapi saat temperatur tinggi dia masih mampu melapisi permukaan logam dengan baik sehingga enggak gampang aus," kata Eko.
Lebih lanjut, Fadilwan menambahkan, fungsi utama pelumas adalah untuk memisahkan logam agar tidak terjadi kontak antarlogam. Jangan sampai, ketika mesin kendaraan dinyalakan saat kondisi dingin, oli terlambat melumasi bagian mesin karena kekentalan yang tidak sesuai.
"Pelumas kan tidak mungkin menempel terus ya, ada yang turun. Pada saat dingin, di-starter, pelumas harus cepat mengalir ke bagian-bagian yang ada kontak logam dengan logamnya. Kalau pelumasnya telat, lambat mengalir karena kekentalan tidak sesuai, nanti dia akan sulit di-starter. Karena gerakan crankshaft itu tergantung sekali dengan kekentalan. Kalau makin kental makin sulit untuk bergerak. Bergerak waktu start itu perlu kecepatan yang cukup tinggi agar menyala karena tekanan bahan bakar yang bisa terbakar. Kemudian begitu sudah engine on, pelumas harus bisa mengalir dengan cepat untuk melumasi bagian-bagian tadi agar jangan timbul keausan," jelas Fadilwan.
Pada saat suhu panas dan mesin makin panas, kekentalan pelumas juga harus terjaga jangan sampai terlalu encer. Sebab, kata Fadilwan, fluida kalau dipanaskan biasanya semakin encer.
"Jangan sampai fluida ini terlalu tipis, terlalu encer. Kalau pelumas multigrade, katakanlah pada saat panas, dia masih bisa memproteksi bagian-bagian yang bergesekan itu, jadi tidak hilang. Kalau encer sekali, hilang lapisan filmnya, akibatnya timbul keausan juga," beber Fadilwan.
Nah, untuk mendapatkan kekentalan pelumas yang cukup untuk kendaraan Anda, disarankan untuk mengecek buku manual atau buku pedoman pemilik kendaraan. (rgr/ddn)












































Komentar Terbanyak
Kemenangan Gila Pebalap Indonesia Kiandra di Barcelona: Start 24, Finis ke-1
Warga Rela Antre Panjang di SPBU Swasta, Ketimbang Isi Pertalite Was-was Brebet
Wuling Darion Meluncur di Indonesia: Ada EV dan PHEV, Harga Mulai Rp 356 Juta