Penyebab terbanyak dari kasus kecelakaan lalu lintas adalah faktor manusia yakni perilaku berkendara yang didorong oleh karakter dan mentalitas pengguna kendaraan. Namun, karakter dan perilaku buruk berkendara seseorang bisa diubah, kuncinya kesadaran dan kemauan.
"Penyebab kecelakaan terbesar adalah faktor manusia, yakni kondisi psikologi atau emosi dan perilaku atau karakter seseorang," tutur Presiden Direktur Indonesia Defensive Driving Center, Bintarto Agung, saat dihubungi detikOto, di Jakarta, Rabu (21/1/2015).
Bintarto menyatakan hal itu saat ditanya detikOto mengenai kecelakaan maut di Pondok Indah, Jakarta Selatan, semalam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mentalitas dan perilaku tidak elok dari berkendara berawal dari hal-hal kecil. Misalnya, menerobos lampu lalu-lintas yang seharusnya berhenti, tidak berhenti. Atau tidak berhenti di ruang yang semestinya saat di depan lampu isyarat lalu lintas," papar Bintarto.
Kebiasaan buruk yang dilakukan secara berulang itu akhirnya membentuk mentalitas seseorang. Dengan dasar mentalitas yang seenaknya dalam berkendara itulah akhirnya muncul perilaku buruk berkendara.
Jika perilaku tak baik yang didasari mentalitas yang kacau itu terjadi berulang dalam waktu yang lama, maka akan terjadi budaya atau kebiasaan. "Karena sudah dianggap sebagai sesuatu, maka orang akan bersifat permisif, tak peduli, karena dianggap wajar. Meskipun itu tidak benar," ucap Bintarto.
Perilaku buruk yang didasari mentalitas tak baik itu akan semakin runyam jika seseorang memiliki karakter jelek. Egois, mudah marah, ingin menang sendiri, arogan, hingga tidak peduli terhadap orang lain.
Karakter arogan dan egois bisa menjadi-jadi di jalan jika seseorang tak siap mental. Misalnya, orang yang baru memiliki mobil dengan performa hot, desain bagus, dan harga selangit. Jika yang bersangkutan tak menyadari dimana dia tengah berada, memiliki tenggang rasa terhadap orang lain, dia akan menggeber mobilnya meski jalanan tak memungkinkan.
Bahkan saat dia merasa kesal dengan kondisi jalan yang macet atau padat, akan dengan mudah mengintimidasi pengguna jalan lain karena merrasa mobilnya memiliki keunggulan.
"Tapi karakter bisa diubah, dilatih, meski butuh waktu yang cukup lama. Kuncinya kesadaran dan kemauan," imbuh Bintarto.

(arf/ddn)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!