Alhasil, angka kecelakaan tinggi. Nah, bagaimana teknik pengereman yang benar ya, Otolovers?
Seperti dituturkan Instrukutr Safety Riding Main Dealer Honda Jawa Barat PT Daya Adicipta Mustika (DAM), Aldea Henry, pengereman yang maksimal adalah menggunakan rem depan dengan porsi yang lebih besar dibandingkan rem belakang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan untuk motor berkapasitas mesin besar sudah banyak yang menggunakan rem double cakram di depannya.
"Melihat gravitasi, kalau misalkan kita ngerem otomatis badan kita ke depan. Kalau misalkan menggunakan rem belakang saja, itu enggak ada gravitasinya, malah melawan gravitasi. Akhirnya kalau misalkan terlalu kencang (menarik tuas rem belakang) ban belakang pasti sliding, atau ngesot. Itu berbahaya sebenarnya," kata Aldea kepada detikOto di Karawang akhir pekan lalu.
Menurut Aldea, prinsip pengereman yang utama adalah jangan sampai ada gesekkan ban terhadap aspal. Kalau sampai ada gesekkan itu, jarak pengereman akan semakin panjang. Alhasil, pemotor bisa menabrak sesuatu yang ada di depannya.
Aldea mengatakan, perbandingan standard penggunaan rem depan dan belakang menggunakan persentase 60 persen untuk rem depan dan 40 persen rem belakang.
"Tapi kalau di jalanan dalam keadaan sekarang tidak mungkin seperti itu. Biasanya, depan lebih kuat dibandingkan belakang. Depan bisa 70, bisa 80, rem belakang bisa tidak dipakai," lanjut Aldea.
Tapi, bukan berarti penggunaan rem depan yang maksimal bisa diterapkan di segala kondisi. Dalam keadaan hujan, kata Aldea, penggunaan rem depan bisa dikurangi menjadi 40 persen dan rem belakang bisa 60 persen. Penggunaan rem depan di tikungan pun harus dihindarkan. Sebab, jika di tikungan pakai rem depan, motor bisa terpeleset.
"Kalau dalam keadaan hujan, depan bisa 40, belakang bisa 60. Tergantung situasi. Harus dengan feeling juga, feeling-nya kita harus atur. Yang penting jangan di belokkan pakai rem depan. Mau sedikit, mau banyak (pakai rem depan di tikungan) itu akan slide. Intinya kalau untuk berhenti pakai rem depan, kalau tikungan pakai rem belakang. Kalau belok dalam keadaan miring, usahakan pakai rem belakang untuk menyeimbangkan," tegas Aldea.
Selain itu, untuk menarik tuas rem, usahakan menggunakan keempat jari tangan. Dengan begitu, pengereman maksimal akan didapat. "Kenapa harus menggunakan empat jari, karena handle (rem) itu semua dipegang full. Kalau dengan dua jari, enggak semuanya yang dipegang full. Jadi, dengan empat jari biar lebih maksimal," ujar Aldea.
Aldea melanjutkan, proses pengereman yang baik diawali dengan pengosongan gas. "Percuma kalau gas masih ditarik, ngerem jadi enggak maksimal. Kan, mesinnya terus memutar roda," katanya.
Menurut Aldea, tahapan pertama yang diambil pengendara sepeda motorlah yang menentukan keselamatan. Sebab, jika mengerem secara reflek juga akan berbahaya.
"Jadi, sebetulnya tahapan pertamanya yang berbahaya. Pas kita mau neken itu yang berbahaya, reflek kita itu harus pas. Cara penarikan (tuas rem)-nya jangan sekaligus. Tapi, makin lama makin kencang. (Kalau) sudah mau finish baru kencang. Karena yang berbahaya itu kalau misalkan sekaligus pengeremannya," ujar Aldea.
Memompa rem pun sebenarnya berbahaya. Cara yang benar adalah tarik handle rem perlahan. Jika objek di depan sudah sangat dekat, barulah rem ditarik secara maksimal.
"Mompa rem itu berbahaya. Cara pengereman itu diurut. Kalau misalkan pernah meras baju ya seperti itu. Makin lama makin kuat, enggak disentak, nggak dipompa," saran Aldea.
Untuk motor berkopling, tahap pertama juga sama. Kosongkan gas, kemudian tarik rem depan terlebih dahulu barulah tarik tuas kopling. "Kalau tipe sport saat mengerem, rem dulu sudah gitu baru kopling tarik," lanjut Aldea.
(rgr/ady)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah