Berbeda dengan mobil konvensional, mobil listrik punya komponen baterai yang harus dijaga. Sebab, jika diperlakukan semaunya, 'kesehatan' perangkat tersebut bisa drop dan membuat performa kendaraan menurun.
Pengamat otomotif sekaligus pakar kelistrikan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agus Purwadi mengatakan, pemilik mobil listrik sebaiknya jangan terlalu sering menggunakan teknologi fast charging saat mengecas kendaraan. Menurutnya, kebiasaan itu bisa menurunkan kesehatan baterai.
"Jadi baterai pada prinsipnya kan punya AH ya, ampere hour. Biasanya paling cepat itu (hitungan) normalnya kan hour atau jam. Nah, kalau fast charging itu di bawah hour kan, menitan," ujar Agus Purwadi saat ditemui di bilangan Jakarta Selatan (Jaksel), belum lama ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi berarti charging-nya 2 kali kapasitas, istilahnya dipaksa, otomatis termal (panas) naik. Nah, kalau termal naik, keawetannya turun," tambahnya.
![]() |
Dengan teknologi fast charging, pengisian daya yang umumnya memerlukan waktu 4-8 jam, bisa dipersingkat menjadi hanya 45 menit. Meski masih terbilang lama dibandingkan isi bensin di SPBU, setidaknya itu sudah lebih cepat dan memungkinkan ditunggu.
Kendati begitu, Agus menegaskan, teknologi fast charging hanya boleh digunakan satu-dua kali saja saat tengah terburu-buru. Namun, jika pemilik kendaraan punya waktu senggang, maka lebih disarankan mengisi daya secara normal.
"Teknologi fast charging ini bisa memperpendek umur baterai. Itu sangat-sangat berpengaruh (ke kesehatan baterai). Masalahnya, pengguna (kendaraan listrik) kan maunya serba cepat," ungkapnya.
![]() |
Lebih jauh, Agus menjelaskan, ada baterai jenis tertentu yang aman ketika sering dicas pakai teknologi fast charging. Namun, jenis baterai tersebut tak cocok untuk mobil listrik berperforma tinggi.
"Nah..., lithium ferro-phosphate (LFP) itu termalnya lebih baik, jadi relatif aman kalau mau dicas cepat. Itu masih aman. Kendaraan-kendaraan listrik yang enggak butuh performa, cocok pakai baterai LFP. Tapi kalau perlu performa, kendaraan listrik butuh NMC (Nickel Manganese Cobalt) atau NCA (Nickel Cobalt Aluminum)," kata Agus.
(sfn/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Mobil Jepang Mulai Banting Harga, Produsen China Santai