Zaman sekarang, pengereman sepeda motor hingga bus sudah menggunakan anti-lock braking system (ABS). Tapi tak jarang masih ada pengemudi yang salah kaprah, padahal sistem ABS tidak membuat rem lebih pakem.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Soerjanto Tjahjono mengatakan banyak sopir bus kurang pemahaman tentang pengereman ABS.
"Banyak pengemudi beranggapan dengan ABS ini rem saya lebih pakem, itu pengertian yang kebalik. Justru dengan ABS jarak pengeremannya lebih panjang. Keuntungan ABS, bannya tidak lock masih bisa disetir," ungkap Soerjanto dalam konferensi pers virtual, Kamis (18/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sistem kerja ABS melibatkan beberapa sensor di tiap rodanya. Sensor tersebut saling terhubung pada ECU (Electronic Controller Unit) yang bertugas untuk mengatur besaran tekanan rem pada masing masing ban.
Kapiler rem pada sistem ABS tidak langsung digigit penuh, namun didorong serta dilepaskan secara cepat. Sistem ABS akan secara otomatis melonggarkan tekanan fluida (minyak rem) yang membuat piston akan tertarik. Pada akhirnya menghindarkan ban dari terkunci penuh yang justru memunculkan potensi bahaya lain.
Sejatinya, sistem rem ABS merupakan fitur yang berguna mengurangi kecelakaan. Fitur ini berguna untuk menghindari roda kendaraan langsung terkunci yang disebabkan pengereman yang keras. Soalnya, roda yang langsung terkunci bisa menyebabkan hilangnya keseimbangan dan selip pada ban.
"Tapi dia lupa, banyak pengemudi 'pak ini pakai ABS', sehingga bus sama bus nempel jaraknya hanya 1 meter kecepatannya 100 - 120 km, karena dia berpikir karena ABS lebih pakem. Nah kepikir yang kebalik, hal-hal kayak gini yang jadikan fatal," ungkap Soerjanto.
(riar/din)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Mobil Jepang Mulai Banting Harga, Produsen China Santai