Rifat Sungkar mengatakan untuk menghadapinya manajemen waktu dan kecepatan adalah cara yang aman.
"Ini masalah mudik, lo biasa melaju 60 kpj, lo tidak bisa bisa masukin target 60 kpj atau 50 kpj. masukin setengahnya. dengan tahu setengahnya, lo akan dapat time management yang lebih baik," tutur Rifat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya berada di jalur kiri atau kanan tidak masalah dalam rekayasa lalu lintas seperti one way. Oleh karena itu saling mendahului tidak akan mempercepat waktu, alih-alih merusak dan memperlambat laju lalu lintas.
"Posisi mengemudi di jalur kiri atau kanan tidak jadi masalah karena posisi kiri dan kanan kita memiliki kesempatan yang sama," tambah Rifat.
Masalah lalu lintas lainnya seperti penyempitan jalan pun ada tata kramanya. Di luar negeri ketika menghadapi situasi ini mobil dari lajur kiri dan kanan masuk bergantian tanpa harus ngotot siapa yang lebih dulu.
"Jadi masalah ketika bottleneck. jadi bottleneck banyak adat istiadat lalu lintas yang tidak dipahami oleh orang Indonesia adalah berganti satu kiri dan satu kanan. sebenarnya dengan punya satu kiri satu kanan akan membuat lalu lintas lebih terprediksi dibandingkan dengan kuat-kuatan karena tidak terprediksi, jelas Rifat.
"Kalau di luar negeri itu terjadi karena kesadaran normal karena mereka menghargai kesamarataan," tutupnya. (rip/lth)
Komentar Terbanyak
Mobil Esemka Digugat, PT SMK Tolak Pabrik Diperiksa
Syarat Perpanjang SIM 2025, Wajib Sertakan Ini Sekarang
Patwal Diminta Tak Arogan: Jangan Asal Setop Kendaraan-Makan Jalur Orang