Pada musim mudik menjelang Hari Raya Idul Fitri tahun lalu, kemacetan parah melanda beberapa titik. Salah satunya kemacetan di Brebes, Jawa Tengah atau yang dikenal dengan Brexit.
Bahkan diberitakan, belasan orang meninggal dunia dalam perjalanan mudik yang terjebak macet. Rifat Sungkar, pereli nasional yang juga sebagai duta safety driving menyoroti gas buang kendaraan yang membahayakan. Terlebih ketika dalam keadaan macet, gas hasil pembakaran mesin kendaraan bisa-bisa terhirup oleh seseorang, bahkan oleh orang yang berada di dalam mobil sekalipun.
"Kalau saya lihat, kesalahan terbesar ketika melewati jalanan yang sangat macet, kita tidak memberikan ruang apa pun antara mobil depan dan mobil kita. Padahal, knalpot kendaraan di depan itu langsung disedot ke intake. Sebagus-bagusnya filter kabin mobil, kalau dikasih knalpot terus, berapa persen pasti ada yang masuk ke dalam kabin," kata Rifat menjawab pertanyaan detikOto.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya pribadi paling enggak suka macet enggak ada jarak. Tetap aja harus ada jarak. Kalau mobil orang masuk ke jarak itu ya udah enggak apa-apa, jaraknya enggak beda jauh-jauh amat kok. Jadi gap antara mobil depan dengan mobil kita tetap harus ada. Supaya asap yang keluar dari mobil di depan itu naik ke atas. Jangan sampai langsung ke mobil kita," ujar Rifat.
"Jarak yang paling optimal itu ketika kita sebagai pengemudi bisa melihat ban mobil di depan, buka bisa melihat bumper belakang mobil di depan," tambahnya.
Tips selanjutnya dalam menghadapi kemacetan di musim mudik adalah mengatasi tingkat stres pengemudi. Rifat menyarankan agar pemudik bisa menghibur diri sendiri dengan level yang lebih dari biasanya.
"Dengan membawa perjalanan sebagai hal yang fun, itu kan akan mengurangi tingkat stres. Kalau stres lebih rendah, enggak ada tekanan terhadap waktu. Dari pengalaman lalu yang macetnya luar biasa, kita harus bikin journey plan yang lebih bijaksana. Journey plan harus matang. Berangkat mepet itu enggak ada hal positifnya. Semuanya negatif. Kalau buru-buru nyetir jadi enggak benar, pengin berharap sampai kalau enggak sampai kecewa. Pengin happy sampai tujuan sudah bete karena udah capai di jalan, sepanjang jalan akan merasa cemas. Dan itu enggak ada bagus-bagusnya buat safety driving. Cemas karena belum sampai-sampai," ucap Rifat.
Rifat memberikan tips agar pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi membuat sebuah rencana perjalanan. Paling tidak, ketika mudik, target waktu tempuhnya dikalikan tiga dari hari biasanya. Misalnya, ketika hari biasa jarak sekian ditempuh dalam 6 jam, maka ketika mudik waktu tempuh 6 jam harus dikalikan tiga.
"Kali tiga itu waktu tercepatnya. Kalau mau lebih santai lagi, kalikan lima dari waktu biasa. Karena problem utamanya volume kapasitas jalan raya di Indonesia itu waktu normal saja udah hampir padat. Kalau sampai padat banget kita tidak bsia dapetin target waktu kita," kata Rifat. (rgr/ddn)












































Komentar Terbanyak
Warga Rela Antre Panjang di SPBU Swasta, Ketimbang Isi Pertalite Was-was Brebet
Ketemu Fortuner Berstrobo Arogan di Jalan, Viralin!
Apakah Pertalite Mengandung Etanol?