Daihatsu Menilai Penjualan Mobil di 2020 Bakal Terseok-seok

Daihatsu Menilai Penjualan Mobil di 2020 Bakal Terseok-seok

Rizki Pratama - detikOto
Jumat, 19 Jun 2020 21:27 WIB
Angka penjualan mobil di Indonesia turun drastis gegara pandemi COVID-19. Era new normal diharapkan dapat kembali membuat penjualan mobil di Indonesia bergeliat
Dealer mobil sepi. Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Hingga bulan Mei 2020 jika dibandingkan dengan tahun 2019 pada periode yang sama, penurunan penjualan mobil di Indonesia menyusut 40 persen. Presentasi ini seirama dengan prediksi Gaikindo yang melihat penurunan penjualan ini akan menutup tahun 2020.

Hal senada juga disampaikan Daihatsu yang menilai, jika dilihat dari penjualan kendaraan bulan ke bulan hingga Mei 2020 Daihatsu pesimis target yang telah ditentukan Gaikindo pada 2020 bakal tercapai. Menurut Daihatsu industri otomotif baru akan kembali bergairah pada 2022.

"Prediksi 2021 belum akan kembali ke posisi 2019 (penjualan pada 2019), baru nanti seperti kata Pak Airlangga percaya di 2022. Tahun ini prediksi Gaikindo 600 boleh saja, prediksi ini bisa benar dan salah. Tapi sampai sekarang sinyal daya beli belum meningkat," ujar Direktur Marketing Astra Daihatsu Motor (ADM) Amelia Tjandra melalui konferensi pers virtual, Jumat (19/6/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wanita yang akrab disapa Amel ini juga merujuk pada perkiraan turunnya GDP Indonesia sebesar 3,8. Ketika GDP turun stimulus pasar apapun seperti diskon atau program kredit tak akan mampu berbuat banyak.

"Beli mobil harus punya kemampuan dan daya beli untuk itu harus melihat GDP negara. Indonesia akan minus 3,8 menunjukkan daya beli akan turun banget walau banyak diskon pasar tidak akan naik," kata Amel.

ADVERTISEMENT

"Daya beli belum maksimal kalau mengandalkan leasing. Leasing sangat hati-hati. Mereka punya kendala bisnis luar biasa juga, beberapa tidak mau terima customer baru, kita beruntung punya value chain," imbuhnya.

Menurut Amel, new normal pun juga tak akan berdampak besar, sebab itu hanya akan mengubah kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari saja.

"New normal aktivitas perbedaan dalam berbisnis aja. Untuk otomotif disebabkan oleh daya beli. Sampai sekarang belum terlihat kembali seperti 2019 bahkan mencapai target 600 ribu menjadi tanda tanya besar apakah bisa atau tidak kalau Juni masih berat," tutupnya.




(rip/lth)

Hide Ads