Pabrik Mobil Indonesia Diminta Bikin Ventilator, Ini Kendalanya

Pabrik Mobil Indonesia Diminta Bikin Ventilator, Ini Kendalanya

Rizki Pratama - detikOto
Sabtu, 28 Mar 2020 17:07 WIB
PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia menargetkan memproduksi 150.000 unit mobil Innova dan Fortuner di tahun 2012. Selain pasar domestik kendaraan yang diproduksi juga diekpor ke 28 negara. Yuk, kita intip proses perakitan mobil di pabrik yang terletak di Karawang tersebut.
Pabrik mobil RI bikin ventilator? (Agung Pambudhy/detikOto)
Jakarta -

Beberapa pabrik otomotif di luar negeri yang tutup mengalihfungsikan jalur produksinya untuk membuat alat kesehatan guna membantu perawatan pasien positif virus corona. Salah satu alat kesehatan yang pengerjaannya dibantu oleh industri otomotif adalah ventilator.

Indonesia pun tampaknya juga akan mengikuti langkah tersebut setelah Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengatakan akan menjalin kerja sama antara industri otomotif dengan industri komponen untuk membuat ventilator. Lantas apakah melakukan transformasi pabrik kendaraan di Indonesia untuk membuat ventilator semudah membalikkan telapak tangan?

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohanes Nangoi memberi tanggapan mengenai wacana tersebut. Disebutnya, industri otomotif bukanlah pembuat alat kesehatan yang mana tidak memiliki kapabilitas 'alami' dalam membuat alat kesehatan seperti ventilator.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi intinya kan bahwa kemarin Menperin ada planning membuat ventilator. Kami telah memberikan informasi kami tidak punya teknologinya, yang pasti bukan merek otomotif," tanggap Nangoi saat dihubungi detikcom, Sabtu (28/3/2020).

Agar bisa turut membantu pengadaan ventilator di Indonesia melalui industri otomotif ada beberapa hal yang harus dipenuhi. Selain menyangkut masalah teknis tentunya berbagai standar keamanan dan kesehatan harus dijaga dalam proses pembuatannya.

ADVERTISEMENT

"Jadi kami harus ada yang namanya blueprint, kemudian ada teknologi, ada juga kualitas bahan baku, akses suplaynya, standar higienis karena itu alat untuk memasukkan udara ke paru-paru. Itu harus presisi, bersih dan sangat tepat," ujar Nangoi.

Nangoi menambahkan hal ini tidak bisa dilakukan sembarangan apalagi alat kesehatan yang berhubungan langsung dengan nyawa orang. "Anda berani sakit kalau ventilator dibuat bukan sama yang ahlinya? Kita harus hati-hati," tutupnya.




(rip/din)

Hide Ads