Aktivitas sekolah, tempat umum, transportasi umum, bahkan industri pun disetop sementara waktu. Driver ojek online pun menolak dengan tegas jika Indonesia menerapkan lockdown.
Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono, yang juga aktivis ojek online, mengatakan lockdown akan membuat sengsara pekerja informal yang bergantung pada pendapatan harian. Salah satunya ojek online.
"Kami menolak lockdown, artinya kalau lockdown itu kan tidak boleh ada aktivitas apa pun di jalan raya ya. Sebagian besar di Jakarta atau di tempat lain kan pekerjanya informal, khususnya kami para ojek online, yang harus mencari nafkah sehari-hari ya (penghasilan harian). Nah di situ kalau sampai terjadi lockdown artinya kita dirumahkan semua," kata Igun, kepada detikcom, Rabu (18/3/2020).
Menurut Igun, jika terjadi lockdown, maka driver ojek online akan kehilangan penghasilan. Soalnya, profesi jasa ojek online ini mengandalkan penghasilan yang didapat secara harian.
"Kita mau cari penghasilan dari mana apabila terjadi lockdown. Apabila terjadi lockdown, semua aktivitas jadi lumpuh total bagi ojek online. Dan praktis hilang penghasilan. Ini kan bahaya, karena ojek online kan juga butuh untuk pendapatan buat nafkah maupun buat membayar cicilan kendaraan," ujar Igun.
Daripada lockdown, beberapa perusahaan di Indonesia menerapkan sistem kerja dari rumah atau work from home (WFH). Kebijakan WFH saja sudah membuat pendapatan ojek online turun, apalagi lockdown.
"Saat ini aja kan statusnya work from home ya, bekerja dari rumah, itu saja sudah menurunkan penghasilan para ojek online secara signifikan. Khususnya yang layanan penumpang ya," ujar Igun.
Kebijakan WFH ini turut mempengaruhi ojek online (ojol). Ojol yang sehari-harinya mengangkut penumpang untuk berangkat dan pulang kerja bahkan mengalami sepi orderan.
Menurut Igun, sejak tiga hari pemberlakuan WFH di beberapa kantor, pendapatan ojek online turun. Igun bilang pendapatan driver ojek online turun hampir 50%.
"Turun, waktu hari pertama Senin tanggal 16 kemarin kan terjadi crowd transportasi umum kan, itu ada limpahan lah dari penumpang. Sekarang udah mulai sangat berkurang. Karena kan penumpang berangsur-angsur yang biasa rutinitas kerja menggunakan ojek online udah mulai di rumah," ujar Igun.
Pada akhirnya, driver ojek online tidak pilih-pilih orderan. Menurut Igun, orderan dengan jarak berapa pun akan diambil oleh driver ojek online.
"Tidak selektif lagi, karena memang semuanya sedang membutuhkan ya buat penghasilan ya lagi situasi seperti ini," ucapnya.
Selain itu, driver ojek online juga mengandalkan orderan antar makanan atau barang saat orderan penumpang sepi.
Menurut Igun, untuk bertahan di tengah sepinya orderan penumpang, driver ojol mengandalkan strategi lain.
"Strategi yang bisa kita jalankan ya bermain di layanan food dan barang," kata Igun kepada detikOto, Rabu (18/3/2020).
"Artinya kami ini mungkin banyak berkumpul di sekitaran pusat-pusat kuliner, atau mall yang menyediakan kuliner. Dan kiriman barang juga, itu yang kita andalkan saat ini," ujarnya.
Menurut Igun, dengan mengandalkan orderan antar makanan atau barang, itu cukup membantu driver ojol bertahan saat orderan penumpang sepi.
"Sekarang kita mengandalkan layanan untuk food maupun pengiriman barang saja yang masih ada order dibanding sebelumnya. Tapi untuk tumpangan, itu udah menyepi. Karena kekhawatiran penumpang kali ya. Kita juga menganjurkan penumpang yang rutin menggunakan ojek online agar membawa helm pribadi untuk kesehatan, kenyamanan dan keamanan," ujarnya.
Asosiasi ojek online mengimbau agar penumpang bisa menyiapkan helm pribadi untuk mencegah penularan virus corona.
"Asosiasi pengemudi ojol Garda menyarankan bagi penumpang pelanggan ojol yang rutin menggunakan jasa ojol agar mulai membawa helm SNI pribadi sendiri," kata Igun.
Ojek online menjadi salah satu moda transportasi yang banyak digunakan masyarakat. Bila melihat kebiasaan, satu helm penumpang disediakan pengemudi ojol yang digunakan secara bergantian.
Dikutip dari laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat Amerika Serikat, penyebaran virus Corona memungkinkan dari manusia ke manusia melalui percikan droplet. Bersin atau droplet orang yang terinfeksi bisa jatuh di objek atau permukaan benda.
"Mungkin saja seseorang bisa tertular COVID-19 dengan menyentuh permukaan atau benda yang memiliki virus di atasnya dan kemudian (tangan) menyentuh mulut, hidung, atau mata mereka sendiri," tulis laman tersebut.
Memang salah satu risiko saat membawa helm sendiri bisa repot dengan tempat penyimpanan.
"Gunakan tas khusus helm untuk membawa helm untuk keamanan dan kenyamanan penumpang," kata Igun.
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?