Masih belajar mengendarai mobil, seorang wanita menabrak hingga tewas ibu hamil. Kejadian nahas ini tidak akan terjadi andai faktor keselamatan jadi perhatian bersama.
Kecelakaan maut terjadi baru-baru ini. Seorang ibu hamil tewas ditabrak pemobil yang sedang belajar nyetir. Usut punya usut, ternyata pemobil yang sedang belajar tersebut salah injak pedal gas.
Dijelaskan Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Fahri Siregar, saat itu posisi mobil dalam keadaan menyala. Pemobil kemudian memasukkan gigi 'D' yang artinya mobil siap melaju. Mobil saat itu berjalan perlahan, ketika korban melintas ke depan mobil.
"Kemudian maksud pelaku hendak menginjak rem, ternyata yang diinjak adalah pedal gas," kata Fahri.
Belajar nyetir mobil sejatinya bukan perkara yang bisa dianggap remeh. Ada banyak aturan, batasan, dan kesadaran yang harus dipunya seluruh pemakai jalan sebelum duduk di balik kemudi.
1. Posisi Kaki Saat Nyetir yang Pas biar Tak Salah Injak Pedal GasKecelakaan akibat salah injak pedal gas sudah sering terjadi. Sebenarnya, kecelakaan seperti itu bisa diminimalisir dengan cara mengemudi yang benar.
Menurut Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, mobil yang tiba-tiba menyeruduk pasti pengemudinya salah menempatkan kaki dan tidak paham pedal apa yang diinjak. Sony memberikan tips agar pengendara tidak salah menginjak pedal. Yaitu dengan memosisikan kaki dengan tepat saat nyetir.
"Jadi yang benar adalah tumit kaki kanan ada di depan pedal rem, ketika menginjak pedal gas tumit tidak berpindah, tapi ujung kaki (bagian jari) depan nyerong ke kanan (untuk menyentuh pedal gas agar mobil melaju)," kata Sony kepada detikcom, Jumat (28/2/2020).
"Biasakan seperti itu, jadi ngegasnya ada rasa susah dan perlahan, tapi saat ngerem lebih sempurna posisi kakinya. Ingat! Tumit tidak boleh berpindah-pindah ke depan pedal yang akan diinjak. Tumit bertumpu di dak/lantai," tegas Sony.
Menurut Sony, teknik mengemudi seperti ini berlaku untuk menyetir mobil bertransmisi manual maupun otomatis.
"Posisi tumit kaki kanan menempel di lantai dan tetap di depan pedal rem, apa pun sistem transmisinya. Bukan berarti kalau matic ngeremnya pakai kaki kiri lho," ujar Sony.
2. Pengemudi Wajib Pahami Posisi Masing-masing Pedal
Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, menjelaskan pengemudi sebaiknya memahami posisi masing-masing pedal. Ini salah satu hal pertama yang harus diperkenalkan saat mulai belajar nyetir.
"Kalau metodenya salah, ketika mobil berjalan yang bersangkutan kadang grogi, kadang nggak siap mental, kadang kaku. Step ini pelajaran dasar. Nggak bisa ujug-ujug turun ke jalan," ujarnya.
"Yang bersangkutan (pengemudi mobil yang sedang belajar nyetir) belum paham, menginjak pedal itu nggak sembarangan. Sebelum diinjak si pengemudi harus paham dulu yang mana pedal gas, rem, kopling dan segala risiko-riskonya," kata Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, kepada detikcom, Jumat (28/2/2020).
3. Belajar Nyetir Mobil Jangan Langsung di Jalanan dan Wajib Diawasi Ahlinya
Adalah kesalahan besar jika belajar menyetir mobil dengan langsung turun ke jalanan. Tahapan awal mempelajari setir mobil adalah di area yang tertutup.
"Step 1 harus di dalam lingkungan tertutup. Pelajari cara operasional, safety zone, pergerakan kendaraan secara gradual dan mengasah mental pengemudi. Dan itu pun harus didampingi instruktur yang bersertifikat," kata Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana.
Sementara itu, praktisi defensive driving, Andry Berlianto, mengatakan bealar mengemudi wajib ditemani instruktur atau orang yang lebih berpengalaman. Orang yang berpengalaman itu duduk di samping pengemudi yang sedang belajar.
"Belajar teori dulu mana-mana saja transmisi yang akan digunakan dan efeknya. Belajar nyetir idealnya tidak dilakukan di ruang publik atau ruang terbuka dan tanpa pengawasan. Yang belajar harus dibekali dulu oleh pemahaman risiko dan bahaya dan mengetahui kinerja kendaraan secara mendasar," ujar Andry.
4. Nyetir Mobil Matik, Ngerem Pakai Kaki Kiri atau Kanan?
Mengendarai mobil matik sebenarnya tak sulit-sulit amat. Asalkan tahu cara mengoperasikannya, maka pengendara bisa mulus melibas dengan mobil bertransmisi otomatis.
Namun, suka ada yang salah kaprah dengan penggunaan mobil matik. Terutama soal posisi kaki saat nyetir. Apakah harus ngerem pakai kaki kiri, atau cukup dengan kaki kanan saja?
Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana, memberikan tips posisi kaki yang pas saat berkendara. Khusus untuk mobil matik, tetap disarankan menggunakan kaki kanan untuk mengoperasikan pedal rem dan gas.
"Posisi tumit kaki kanan menempel di lantai dan tetap di depan pedal rem, apa pun sistem transmisinya. Bukan berarti kalau matic ngeremnya pakai kaki kiri lho," ujar Sony kepada detikcom, Jumat (28/2/2020).
Sementara kaki kiri, biasanya mobil matic terdapat ruang foot rest untuk kaki kiri yang tidak memiliki pedal kopling. Namun, kata Sony, kaki kiri pengemudi mobil matik sebenarnya tidak sepenuhnya istirahat.
5. Minimal Latihan Nyetir 10 Jam Sebelum Turun ke Jalan Raya
Belajar mengendarai mobil butuh waktu yang tidak sebentar. Untuk bisa menguasai fungsi-fungsi kendaraan dan membiasakan diri menggunakannya, bisa memkan waktu 16 jam.
"Tahap awal waktu belajar dia harus di-briefing dengan pemahaman dan pengoperasian tentang fungsi-fungsi alat-alat kontrol kendaraan. Semuanya dilakukan di ruangan kelas, kemudian baru di lapangan," kata Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, kepada detikcom, Jumat (28/2/2020).
""Apalagi Kalau itu latihannya secara pribadi, maka lakukan di tempat-tempat tertutup atau terbatas. Tidak bercampur lalu lalang kendaraan dan keramaian jalan. Dan juga harus ada obstacle-obstacle untuk mensimulasikan kondisi jalan raya seperti pengereman, obstacle berbelok, obstacle berbalik arah, kemudian pengereman darurat," tambah Jusri.
"Nah setelah tahapan itu familiar, maka instruktur atau mentor bisa mencoba di jalan raya. Persyaratan saya seseorang yang bisa belajar di jalan raya itu yang sudah 10 jam training atau 16 jam training tergantung kemampuan dia. Ketika mentor dia merasa yakin bahwa ini tidak ada masalah dengan basic handling daripada pengoperasian kendaraan, maka orang tersebut harus dibawa ke jalan supaya terbiasa berinteraksi dengan pengguna jalan yang lain," terang Jusri.
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah