Perkuat Merek, Ini Strategi KIA di Bawah Payung Indomobil

Perkuat Merek, Ini Strategi KIA di Bawah Payung Indomobil

Ridwan Arifin - detikOto
Selasa, 21 Jan 2020 12:36 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - KIA baru saja menambah line up andalannya lewat Seltos untuk bertarung di segmen SUV. Kehadiran mobil ini menemani model saat ini dijual, yakni Kia Picanto, Rio, Grand Sedona dan Big-Up K2700 (LCV).

Perusahaan asal Korea Selatan itu kini berkibar di Indonesia dengan bendera baru. Setelah hampir dua tahun tidak melakukan operasi penjualan, kini KIA berada di bawah kendali PT Kreta Indo Artha (KIA) yang merupakan perusahaan di bawah grup Indomobil.

Presiden Direktur PT KIA Andrew Nasuri mengatakan sejumlah strategi akan dilakukan untuk membuat KIA bisa kembali menjadi mobil yang diterima masyarakat Indonesia. Pertama, adalah menghadirkan produk baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Di tahun 2020, Andrew mengatakan akan ada dua mobil baru yang diproyeksikan meramaikan industri otomotif Tanah Air. Namun untuk model yang ditawarkan ia masih menyimpan informasi rapat-rapat.

"Kami akan luncurkan dua tipe lagi di tahun ini. Tapi ini masih rahasia namanya. Tapi Kia akan berjanji dan berkomitmen untuk pasar Indonesia menghadirkan tipe-tipe yang sangat cocok untuk pasar Indonesia," ujar Andrew saat peluncuran All New Seltos, Jakarta, Senin (20/1/2020).

Selain produk, PT KIA juga menyebut akan menambah fasilitas layanan konsumen, Andrew mengatakan mereka berkomitmen untuk memberikan layanan purnajual dengan menyiapkan jaringan dealer di seluruh Indonesia.



"Kami juga berkomitmen untuk membangun jaringan di seluruh Indonesia saat ini kami sudah miliki 24 diler di seluruh Indonesia yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Medan dan kota besar lainnya di Indonesia," ujar Andrew.

"Kami berharap tahun ini akan menambahkan 10 diler di beberapa kota lainnya hingga mencapai 34 diler pada tahun 2020," tambahnya.



Saat ini, produk KIA masih berstatus Completely Built Up (CBU). Secara umum produk CBU memang punya harga yang relatif lebih mahal ketimbang CKD, karena harus menanggung biaya impor dan pajak yang lebih tinggi. Presiden Direktur Indomobil Sukses Internasional (Tbk), Jusak Kertowidjojo, mengatakan untuk bisa melakukan perakitan di dalam negeri, setidaknya ada permintaan pasar yang bisa dijadikan standar.

"Sekali lagi kami mesti dapat volume dulu," jelas Jusak.



"Ya kita tahu kalau satu CKD paling tidak perlu 30 ribuan. Ya harus ada volume dulu baru bisa pikirin CKD. Kalau tidak, tidak mungkin," ungkapnya.

Lebih lanjut disampaikan Marketing and Development Division Head PT Kreta Indo Artha Ario Soerjo bahwa KIA juga tak ingin terus-menerus menjadi pengimpor barang secara utuh bila permintaan meningkat.

"CKD itu kan tergantung skala ekonomi, volume, penjualan, makin banyak penjualan juga nggak bagus kalau kita CBU terus, mau nggak mau pasti kita juga harus ngerakit di sini jadi tergantung penjualan ke depan," ungkapnya.


Simak Video "Review KIA Carnival Premiere: MPV Mewah yang Kelewat Nyaman dan Canggihnya! "
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads