Sisi Lain Melejitnya SUV, Ancaman Bagi Lingkungan?

Sisi Lain Melejitnya SUV, Ancaman Bagi Lingkungan?

Ridwan Arifin - detikOto
Selasa, 14 Jan 2020 12:14 WIB
Ilustrasi polusi udara Foto: AFP Photo/STR
Jakarta - Pasar mobil Sport Utility Vehicles (SUV) tengah digandrungi sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia. Baragam pabrikan berlomba-lomba melahirkan mobil yang cocok untuk di segala medan ini.

Di dunia, khususnya merek premium, penjualan SUV tengah melonjak naik. Mengutip Reuters, Selasa (13/1/2020) pada 2019 kenaikan BMW mengalami 2 persen menjadi 2,16 juta unit di mana Seri X menyumbang sekitar 44 persen dari angka tersebut.

Kompetitor BMW, Mercedes-Benz pun demikian kendati tidak mengungkapkan secara lebih detail penjualan yang dicapai. Pabrikan asal Jerman ini mengatakan bahwa penjualan mobil SUV berkontribusi sepertiga dari total.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


International Energy Agency (IEA) di November World Energy Outlook 2019 menyebut mobil SUV saat ini sudah lebih dari 200 juta unit di seluruh dunia. Angka tersebut naik sekitar 35 juta dari 2010.

IEA mengatakan SUV menjadi penyumbang karbon dioksida (CO2) terbesar kedua sejak tahun 2010. SUV berada di bawah sektor listrik.

"Jika permintaan SUV terus meningkat hal itu akan menyumbang 2 juta barel minyak per hari terhadap proyeksi permintaan minyak global pada tahun 2040," tulis IEA.

Di sisi lain Asosiasi Otomotif Jerman (VDA) menyebut permintaan SUV yang meningkat dan dijual ke pasaran adalah emisi yang rendah. Industri otomotif Jerman juga mendukung untuk memerangi emisi CO2, bahkan mereka mengklaim telah berhasil menurunkan emisi CO2 sebesar 35 persen sejak tahun 2008.


Isu polusi memang tengah menjadi pembicaraan di anggota Uni Eropa, mereka bersepakat untuk menurunkan emisi pada tahun 2030 sebanyak 31,5 persen.

Kendati demikian, Data Evercore ISI menunjukkan bahwa emisi bagi pabrikan Jerman rata-rata masih mencapai 124 gram per kilometer, terpaut jauh dari batas di tahun 2020 yakni 95 gram per kilometer.

"Ini bukan performa yang baik untuk pabrikan Jerman. Kami terus mengingatkan, mereka akan mengalami risiko mendapatkan denda jika tidak mampu menyesuaikan produk dengan peraturan yang ada," tulis Evercor ISI dalam laporannya.


(riar/rgr)

Hide Ads