Seperti dikatakan Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, aquaplaning adalah suatu keadaan ketika ban tidak mendapat daya cengkeram akibat genangan air. Jadi seolah-olah ban berputar di atas genangan air. Tak hanya di mobil, pengguna motor pun bisa mengalam hal demikian.
Baca juga: 4 Tanda Mobil Perlu Turun Mesin |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bisa saja aquaplaning itu terjadi (pada sepeda motor penggunaan sehari-hari), misalnya katakan pada kecepatan rendah dengan bannya tipis, bisa ketika tingkat genangan airnya tebal, kalau kecepatan tinggi ketebalan air 1 cm saja sudah bisa membuat aquaplaning terjadi," kata Jusri.
Menurut Jusri, aquaplanning paling sering terjadi di jalan-jalan besar atau jalan-jalan di mana motor sedang berada dalam kecepatan tinggi karena mendapatkan gaya angkat (lift force) ketika melewati genangan air.
"Misal ketebalan air katakan 5cm atau 10 cm, motor dengan kecepatan 40 km masuk menerjang, bisa jatuh dia, karena lift force nya mengangkat roda depan tersebut akibat kecepatan massa, kalau dia datang dengan kecepatan tinggi, berarti hempasan air yang mengangkat ke atas semakin besar (lift force)," ungkap Jusri.
Jusri mengatakan perilaku pengendara yang tidak aman dapat membuat Aquaplaning semakin besar terjadi. Ketika musim hujan tiba, pemotor diharapkan agar mengurangi laju kendaraan serta menjaga jarak pengereman.
(lua/riar)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?