Jakarta - Akhir pekan kemarin, ada kasus kecelakaan pengendara
motor gede (moge) menabrak seorang nenek dan cucunya di Bogor, Jawa Barat. Bahkan, nenek yang menyeberang jalan itu tewas.
Kecelakaan itu terjadi pada Minggu (15/12) pagi, di Jalan Raya Padjajaran, Bogor, Jawa Bogor. Saat itu sang nenek dan cucu ingin menyeberang jalan. Namun penunggang
Harley-Davidson yang diketahui bernama Heru Kurniawan itu dinilai tidak hati-hati dan menabrak penyeberang jalan. Harley-Davidson yang dikendarai Heru bernopol B-4754-NFE.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Founder dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, pengendara yang hilang kendali tidak bisa menyikapi situasi risiko kecelakaan, terlepas apakah penyeberang jalan salah atau tidak.
"Naik motor besar memerlukan perlakuan khusus, karena motor besar yang pasti berbeda dengan motor kecil. Dari sisi bobot dia lebih besar, kemudian tenaganya besar, bahkan ada yang cenderung liar, dengan dua kesulitan tadi, ditambah di ruang publik, maka ketiga faktor ini memiliki peluang kecelakaan sangat besar ketika seseorang yang mengendalikan itu tidak kompeten," kata Jusri kepada detikcom, Selasa (17/12/2019.
Bicara kompetensi, orang boleh saja menganggap dirinya mampu mengendarai moge. Namun, orang yang memiliki SIM saja belum tentu kompeten mengendarai kendaraan bermotor.
"Kita di Indonesia, bicara kompetensi masih merupakan area yang lemah. Walaupun sudah punya SIM, tapi orang bisa menganggap dirinya terampil karena biasa, bukan terampil karena kompeten. Kompeten yang dimaksud itu adalah seseorang itu paham tentang apa yang dia lakukan. Bahkan bukan sebatas yang dia lakukan, apa yang dia lihat pun dia juga paham," ujar Jusri.
Ada tiga hal penting terkait kompetensi berkendara yang masih kurang dimiliki pengendara, tidak hanya pengendara motor besar, tapi semua kendaraan bermotor. Tiga hal itu antara lain pengetahuan, kemampuan atau skill, dan sikap atau attitude.
"Skill ini yang berbasis dari training, bukan yang dari pengalaman. Kemudian attitude yang bisa kita tampilkan di jalan adalah semangat berbagi, empati, antre, tidak menerobos lampu merah. Nah empati masih sangat lemah di sini. Mereka lebih kepada eksistensi, show off, sehingga melupakan kaidah-kaidah lain dalam menggunakan fasilitas publik. Bukan hanya di moge, itu boleh dikatakan bagian dari paradigma masyarakat Indonesia," ujar Jusri.
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP