Kisah Lamidi Si Pembuat Odong-odong

Kisah Lamidi Si Pembuat Odong-odong

Rizki Pratama - detikOto
Sabtu, 12 Okt 2019 07:30 WIB
Foto: Rizki Pratama
Bekasi - Kiddie ride atau lebih dikenal dengan nama odong-odong di Indonesia telah cukup lama menjadi sarana hiburan yang dengan mudah dinikmati anak-anak tanpa harus ke taman hiburan.

Tukang odong-odong biasanya mondar-mandir di perumahan membantu orang tua meredakan tangis anak atau bahkan untuk sekedar membuat anaknya mau melahap makanan yang disiapkan oleh ibunya.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tampak sebagai pekerjaan yang diremehkan, jika dijalani dengan serius ternyata bisnis ini cukup menjanjikan. Setidaknya itulah yang dilewati Lamidi (46) sejak pertama kali mulai terjun ke pekerjaan sebagai penarik odong-odong. Tak hanya berpikir sebagai penarik ia pun melihat peluang bisnis ini sebagai pembuat odong-odong. Sebelum membuat odong-odong berbasis motor, ia memulai dengan yang menggunakan becak sekitar tahun 2006 silam

"Awalnya saya narik tahun 2006 pengen tahu, odong-odong itu di jasa saya kira ini bisnisnya menjanjikan. Saya pernah nyewa di Jakarta Rp 30 ribu sehari terus saya pernah lihat ke bengkelnya belajar bikinnya. Setelah itu langsung bikin sendiri narik sendiri terus ada yang nyewa dikasih," kenang Lamidi saat ditemui detikcom di bengkel sekaligus rumahnya, Bekasi, Jawa Barat.

Kisah Lamidi Si Pembuat Odong-odongFoto: Rizki Pratama


Dari odong-odong berbentuk becak itu pun ia terus mengembangkan odong-odong yang menggunakan basis sepeda motor sekitar tahun 2012. Ia pun melakukan beragam inovasi yang seringkali menjadi masalah oleh pembuat lain. Dengan itu pun membuatnya kini dapat terus bertahan.

"Mulai bikin yang pakai motor itu tahun 2012. Sebelumnya pesanan odong-odong becak udah mulai banyak dari mulut ke mulut tahun 2010. Waktu itu juga saya udah bisa ngelas," tutur Lamidi.

Untuk membuka bengkelnya itu Lamidi mengeluarkan modal sebesar Rp 10 juta. Bengkel yang terletak di dalam rumahnya itu hanya membutuhkan alat seperti mesin las, kompresor dan bor. Selebihnya dipenuhi oleh berbagai material pembuatan odong-odong yang siap dirakit, seperti pelek, besi batangan, cat, ban, dan lain-lain.

"Alat kurang lebih hampir Rp 10 juta paling mesin las bor dan kompresor. Saya punya dua mesin las. Kompresor udah yang elektrik," jelas Lamidi.

Sementara itu kini dia sudah tak lagi turun ke jalan mengajak anak-anak bermain. Biasanya ia menjual odong-odong atau menyewakannya. Ia hanya fokus menerima pesanan pembuatan odong-odong. Untuk pengerjaannya pun ia memiliki dua tenaga kerja yang masing-masing sebagai tukang las dan tukang cat.

Kisah Lamidi Si Pembuat Odong-odongFoto: Rizki Pratama


"Sekarang urus aja udah kerepotan dulu masih narik sekarang melayani pesanan aja. Biasanya yang kerja satu las satu lagi airbrush," ujar Lamidi.

Produk hasil buatan Lamidi pun cukup menjanjikan melihat harga yang dipasang. Untuk satu unit odong-odong berbasis motor ia menjualnya dengan harga Rp 30-40 juta. Satu pesanan itu biasa dikerjakan dalam satu bulan dan selalu ada pesanan baru yang datang setelahnya.

"Motor itu sekarang sudah hampir Rp 40 juta paling bagus. Kalau di bawah itu mungkin bisa aja Rp 30-35 juta secara fisik sama cuma ketebalannya beda sama sasis. Prosesnya sebulan bisa satu karena kadang ada juga yang minta servis di sini karena keterbatasan tempat jadi diselak. Pernah waktu itu fokus cuma ngerjain bisa dua minggu beres," pungkas Lamidi.

Kini Lamidi hanya menerima pesanan pembelian atau menyewakan beberapa unit odong-odong yang tersedia. Untuk disewakan itu ia menerima setoran dari penarik Rp 100 ribu per hari.


(ddn/ddn)

Hide Ads