Membuktikan kendaraan ramah lingkungan ini, detikcom mendapat kesempatan untuk menguji langsung. Meski, pengujian dilakukan secara singkat di area test drive GIIAS 2019 di ICE, BSD, Tangerang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mitsubishi Outlander PHEV mengusung mesin bensin 2.4 liter. Mesin itu dikombinasi dengan motor listrik yang punya tenaga 60 kW di roda depan dan 70 kW pada roda belakang. Soal tenaga, mesin konvensional bisa memuntahkan tenaga maksimal 132,8 dk dengan torsi 211 Nm.
![]() |
Outlander PHEV dikatakan menjadi salah satu mobil plug-in hybrid yang unik, sebab memiliki tiga mode berkendara, yakni mode EV, mode HEV, dan juga mode Parallel Hybrid. Pada mode EV, mobil akan bergerak dengan tenaga listrik yang dialirkan dari baterai ke motor listrik di roda depan dan belakang.
Selanjutnya pada mode HEV (Hybrid Electric Vehicle), saat baterai berkurang, maka mesin akan membantu 'ngecas' baterai agar memiliki kapasitas baterai yang stabil. Mesin konvensional akan berperan mirip generator. Sementara pada mode Parallel Hybrid, sistem ini berfungsi di saat pengendara membutuhkan tenaga lebih. Misalnya ketika baterai mulai berkurang, maka mesin konvensional akan tetap menjaga pasokan baterai, dan baterai akan memberikan energi pada motor listrik yang berada pada roda depan dan belakang.
Baca juga: Mitsubishi Ingin Indonesia Lebih 'Hijau' |
Impresi pertama detikcom masuk ke kabin Outlander PHEV kesannya adalah senyap dan nyaman. Ketika mobil dihidupkan, tak ada suara mesin sama sekali karena saat itu mobil dalam mode EV. Hanya ada tulisan 'Ready' di instrument cluster yang berarti bahwa mobil sudah hidup dan siap digas.
Interior Outlander PHEV juga cukup mewah dan lega. Mobil ini bisa menampung 5 orang penumpang. Interior Outlander PHEV memiliki material berkualitas seperti lapisan kulit, baik di jok, dasbor, maupun trim pintu.
![]() |
Saat melaju dengan mode EV, mobil benar-benar senyap. Karena mengandalkan tenaga listrik yang torsinya cukup besar, sekali tekan pedal gas mobil langsung meluncur, tidak seperti mobil bermesin bakar lainnya yang kemungkinan memiliki jeda akselerasi.
Sayangnya, kami tidak bisa mencoba sensasi akselerasi dengan maksimal karena memang area test drive sangat terbatas.
Ketika menggunakan mode HEV, mesin bensin 2.400 cc akan menyala untuk mengisi tenaga listrik ke baterai. Dari luar, mesin tersebut memang terdengar jelas, tapi ketika masuk ke dalam suara mesinnya cuma sayup-sayup.
Di area test drive GIIAS, kami juga mencoba kenyamanan Outlander PHEV melalui rintangan tanjakan kecil dan jalan bumpy. Rasanya, Outlander PHEV cukup nyaman untuk melalui jalanan bumpy tersebut. Sok breker meredam getaran dengan baik sehingga tetap memberikan kenyamanan bagi penghuni mobil.
(rgr/lth)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?