Produksi Mobil Listrik, Toyota: Kita Jangan Sampai Tertinggal Jauh

Produksi Mobil Listrik, Toyota: Kita Jangan Sampai Tertinggal Jauh

Ruly Kurniawan - detikOto
Jumat, 24 Mei 2019 12:07 WIB
Mobil konsep Toyota Foto: Toyota
Jakarta - Sesuai dengan pergerakan industri otomotif di dalam negeri, Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mengaku sudah menyiapkan berbagai hal demi menyambut era elektrifikasi kendaraan. Hal tersebut dilakukan agar Indonesia jangan sampai tertinggal jauh dengan negara lain.

Sebab, sebagaimana diterangkan Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono, ketertinggalan yang cukup jauh dalam era kendaraan listrik akan sangat berdampak pada industri dalam negeri itu sendiri. Dimana kesempatan ekspor akan mengecil.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekarang kan semua negara itu ingin jadi negara industri. Sehingga kita harus memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan itu beyond the others country mulai dari regulasi dan pendukung lainnya. Pasar semakin kompetitif," katanya kepada beberapa wartawan usai berbuka puasa bersama di Jakarta, semalam (23/5/2019).

"Seiring dengan itu, sebenarnya kan dalam industri otomotif itu ada yang namanya permintaan konsumen dan government need dimana semua negara ingin kendaraan yang beredar semakin efisien maka lahir lah LCEV (Low Carbon Emission Vehicle). Saat ini, semua negara di dunia menuju ke sana, jadi kita harus juga melangkah ke situ," lanjut Warih.

"Karena, bila kita tidak melakukan perpindahan ke sana, dampak paling kritikal adalah kesempatan ekspor akan mengecil. Sedangkan, kita kan bergantung pada ekspor. Di Toyota sendiri sudah 50%," kata dia lagi.



Saat ini, negara tujuan Toyota sudah sebanyak 70-80 negara. Bila banyak dari negara tujuan tersebut sudah beralih ke kendaraan LCEV seperti hybrid atau full-listrik, maka Toyota Indonesia tidak lagi kompetitif dalam memenuhi kebutuhan mereka.

"Misalnya lagi, Africa, Amerika Selatan, dan sebagainya butuh mobil hybrid. Sedangkan kita belum bisa produksi mobil itu. Nah kan ada kekosongan jadinya. Disamping itu, negara lain juga sedang mengembangkan mobil serupa," lanjut Warih.

"Jadi menurut saya, tidak ada pilihan untuk kita tidak beralih ke kendaraan rendah emisi (entah hybrid atau listrik-Red). Karena bila tertinggal cukup jauh, perangnya akan sulit. Apalagi makin hari pasar semakin kompetitif dengan adanya kebijakan free trade, trade barrier, dan sebagainya," tutup dia. (ruk/ddn)

Hide Ads