Tarif Ojol Naik Tidak Jamin Kesejahteraannya Meningkat

Tarif Ojol Naik Tidak Jamin Kesejahteraannya Meningkat

Rizki Pratama - detikOto
Senin, 06 Mei 2019 16:15 WIB
Ilustrasi Tarif Ojol Foto: Tim Infografis, Fuad Hasim
Jakarta - Research Institute of Socio Economic Development (RISED) meluncurkan hasil survey berjudul "Persepsi Konsumen terhadap Kenaikkan Tarif Ojek Online di Indonesia." Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang respon konsumen terhadap kebijakan kenaikan tarif yang berpedoman pada Kepmenhub No. 348 tahun 2019.



Hasil penelitian tersebut menunjukkan permintaan layanan jasa itu berpotensi turun hingga 75% yang berujung pada pendapatan pengemudi. Meskipun tarif naik namun jumlah permintaan yang menurut dikatakan akan memberikan dampak negatif di masa mendatang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tarif atau biaya jasa yang tertera pada Kepmenhub No. 348 tahun 2019 merupakan tarif bersih yang akan diterima pengemudi. Artinya, tarif yang harus dibayar konsumen akan lebih mahal lagi mengingat harus ditambah biaya sewa aplikasi," ujar Ketua Tim Peneliti, Rumayya Batubara, di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (6/5/2019).



Rumayya menegaskan tarif yang diatur Kepmen tidak sama dengan tarif yang dibayar konsumen. Dari 75% persen pengguna ojol yang menolak kenaikkan harga, 47,6% persen hanya mau menambah Rp 4 ribu sampai Rp 5 ribu per hari sedangkan 27,4 % persen tidak mau menerima peningkatan tarif sepeserpun.

Dari sana dapat terlihat bahwa faktor tarif sangatlah berpengaruh terhadap tingkat penggunaan ojol. Rumayya juga menemukan bahwa alasan utama orang menggunakan ojol adalah tarif murah.



"Sebagai bukti, Sebanyak 52,4% konsumen memilih faktor keterjangkauan tarif sebagai alasan utama. Jauh mengungguli alasan lainnya seperto fleksibilitas waktu dan metode pembayaran, layanan door to door dan keamanan. Oleh karena itu perubahan tarif bisa sangat sensitif terhadap keputusan konsumen," papar Rumayya. (rip/lth)

Hide Ads