Kendala ekspor karoseri buatan lokal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo), Sommy Lumadjeng saat ditemui di konferensi pers Bus Wolrd South East Asia 2019, Jakarta, Rabu (16/1/2019). Salah satunya ialah sifat tidak peduli akan hasil tangan anak bangsa sendiri.
"Kendalanya banyak, kita masih bodoh, cara ekspor aja tidak tahu kita para produsen di sini, selain itu prosedur dan dokumen masih banyak yang belum paham. Padahal produk kita cukup diminati khususnya di pasar Asia Tenggara," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahkan di Indonesia sendiri, nama karoseri Indonesia masih kalah bersinar dibanding dengan merek Eropa. Indonesia ini masih murah dengan bus 12 meter. Kalau import bisa Rp 3,5 miliar, kalau lokal bisa Rp 1,5 sampai Rp 2 miliar sudah cukup. ini disebabkan biaya masuk tinggi, biaya produksi (merk Eropa) juga lebih mahal," katanya lagi.
Oleh karena itu pameran eksibisi Bus World South East Asia 2019 yang akan diselenggarakan pada tanggal 20-22 Maret 2019 di JIExpo Kemayoran, Jakarta bisa menjadi ajang produk lokal untuk unjuk gigi pada dunia.
"Ini adalah ajang unjuk gigi bagi para pihak yang terkait dengan transportasi bus. Event ini ditujukan untuk memperkenalkan indonesia ke luar, contohnya meningkatkan ekspor. Konsep ini mempertemukan pembeli dan penjual antara dalam dan luar negeri," ujar Direktur PT Global Expo Management, Baki Lee pada kesempatan yang sama. (rip/ruk)
Komentar Terbanyak
Jangan Kaget! Biaya Tes Psikologi SIM Naik, Sekarang Jadi Segini
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah