"Colokan listrik di SPLU itu memang buat kaki lima, nggak bisa buat mobil listrik," ujar Ketua I Gaikindo Jongkie D Sugiarto di Jakarta.
Dia pun sempat memperlihatkan fasilitas SPLU milik Mercedes-Benz di Eropa sana di telepon genggamnya. Wall charger Mercy itu memang lebih canggih dan colokannya berbeda dari SPLU yang ada di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
![]() |
Jongkie mengatakan untuk memperbanyak charger umum sebenarnya sangat mudah. Dia menyarankan pemerintah sebaiknya menyerahkan pembangunan charger ini ke pemerintah daerah, hotel, atau ke pengusaha SPBU.
"Kalau Anda lihat di booking.com itu kalau sewa hotel ada tulisan tersedia fasilitas charging, jadi mirip Wi-FI begitu, jadi bahan promosi buat hotel bagi orang yang ingin mengisi baterai mobil listrik. SPBU yang ukurannya 1.000 meter persegi suruh dibangun charger. Itu saja sudah cukup, tak perlu pemerintah yang membangun. Seluruh gubernur panggil, sampai walikota, kasih mereka waktu sekian bulan untuk membangun fasilitas pengisian baterai listrik. Untuk importasinya bebaskan bea masuk," ujarnya.
Menurut dia, pembangunan fasilitas pengisian baterai ini cukup murah, sekitar Rp 2 juta saja. Kalau tidak ada niat yang serius untuk membangun infrastruktur maka program mobil listrik akan sia-sia saja. "Kalau nanya infrastrukturnya, itu ibarat telur dan ayam, mana duluan, kalau telur saja, terus kapan ayamnya?," ujarnya.
![]() |
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?