Alasannya, menurut Marketing Director PT Michelin Indonesia Putu Yudha, adalah terkait keamanan dan kenyamanan berkendara.
"Kalau di dunia balapan, kita lihat ada ban slick dan yang memang punya pattern. Ban slick tentu tidak bisa dipakai di jalanan. Kenapa? Karena kalau hujan, air itu mengalirnya ke mana. Maka, di balapan saat hujan dia masuk ke pit stop untuk ganti wet tyre (ban basah)," katanya kepada wartawan di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Balapan BMW Siap Digelar di Sentul Bogor |
"Kalau di dunia harian kan tidak mungkin saat hujan kemudian ganti ban. Jadi memang desain ban harian berbeda dengan ban balapan. Maka tidak disarankan ban mobil balap digunakan harian," lanjut Putu.
Penggunaan ban slick memang sangat membantu performa mobil agar makin kencang. Tapi ingat, itu hanya di dalam sirkuit.
"Kalau masuk trek (sirkuit), harusnya pakai ban slick atau tidak semua slick karena saat kering (jalanan) rubber volume harus menapak banyak, sehingga bisa dapat lap time lebih bagus, joy driving lebih enak, tetap full control. Sementara saat keluar trek, semua kondisinya akan berbeda," ucap Putu.
Sejauh ini, menurut pengetahuannya industri belum ada yang bisa membuat ban segala kondisi 100 persen. Maka patut diperhatikan bila mengganti ban standar atau rekomendasi dari diler resmi.
"Sebenarnya konsumen di industri ini maunya ban bisa digunakan di semua kondisi, bisa track day dan mampu dibawa ke mal pakai mobil yang sama dengan ban yang sama. Tapi industri sejuh ini belum bisa mengakomodir hal itu karena saat di trek, semua potensi, power, kepresisian mobil, keahlian mau dikeluarkan di trek, termasuk performa dari ban itu sendiri. Tapi kini industri pelan-pelan mulai menciptakan ban seperti itu. Yang asik dibawa di trek dan tidak begitu berisik saat dipakai ke mal," tutup Putu. (ruk/rgr)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?