Tak Mau Belajar, Kecelakaan di Cipularang Bisa Terjadi Lagi

Tak Mau Belajar, Kecelakaan di Cipularang Bisa Terjadi Lagi

- detikOto
Rabu, 07 Sep 2011 15:33 WIB
Jakarta - Bila kecelakaan terjadi, kita sering kali dengan mudahnya langsung menyalahkan infrastruktur dan petugas. Tapi sangat sedikit dari kita yang mau balajar mengenai metode mengemudi yang aman.

Hal tersebut menurut Direktur Road Safety Consultant dan Defensive Driving (JDDC), Jusri Pulubuhu bisa dilihat di jalur tol Cipularang yang baru saja kembali memakan korban. Berita-berita mengenai kecelakaan kendaraan yang hampir setiap hari hilir mudik di berbagai media tidak dijadikan salah satu alat belajar.

"Kebanyakan dari kita 'bisa mengemudi karena terbiasa' bukan 'karena paham'. Banyak sekali pengendara yang sebenarnya tidak paham bagaimana mengemudi yang baik dan aman tapi sudah mengemudi bertahun-tahun bahkan puluhan tahun karena dia tidak pernah mau belajar," ungkap Jusri kepada detikOto, Rabu (7/9/2011).

Menurut Jusri pembelajaran mengenai safety driving adalah sebuah life skill education atau life skill training yang harus terus menerus dipelajari.

"Setiap habis berkendara, coba pelajari lagi kejadian-kejadiannya dan jadikan bahan pembelajaran. Bila kecelakaan pelajari kenapa bisa terjadi, bila hampir kecelakaan, pelajari kenapa tidak terjadi, langkah apa yang tadi secara reflek anda lakukan untuk menghindarinya, pelajari itu," jelasnya.

"Kebanyakan dari kita tidak mau belajar hal itu dan hanya mengucapkan Alhamdulillah bila lolos dari kecelakaan, tapi tidak mau mempelajarinya. Itu bahaya. karena bila itu dilakukan, kita akan merasa mahir akan berkata 'gue udah 20 tahun nyetir, jadi udah jago'. Padahal bila tidak dipelajari, maka kita tidak akan tahu apa itu bahaya-bahaya ketika berkendara dan resikonya dan bagaimana menghindarinya," papar Jusri.

"Ini adalah kesalahan paradigma yang sudah menempel di para pengguna mobil. Kesalahan paradigma itu juga terjadi karena kurangnya referensi. Seharusnya pembelajaran safety driving yang paling efektif itu adalah dari rumah. Kalau bisa dari kecil. Jadi ketika sudah besar, tidak ada lagi kesalaha paradigma seperti sekarang ini," cetusnya lagi.

Bila sudah mau belajar, maka seharusnya pengemudi mampu memahami karakter kendaraan dan dinamika yang terjadi padanya ketika melintasi suatu jalan atau berada pada suatu kondisi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jusri lalu menjelaskan bagaimana jalur dari arah Bandung ke Jakarta terutama di KM 90-100 yang banyak diwarnai jalan menurun lalu sedikit tikungan banyak memakan korban.

Sebab kondisi tersebut seperti membuat para pengendara terlena dan bukannya mengurangi kecepatan karena melihat kondisi jalan seperti itu, tapi malah mengebut.

Padahal bila dalam kondisi jalan yang rata bobot mobil kebanyakan ditahan di bagian belakang, ketika kondisi seperti ini, pengendara bisa mengemudikan kendaraannya dengan lebih stabil, ketika kondisi jalan menurun hal berbeda terjadi.

Ketika jalan menurun, bagian depan yang lebih banyak menahan bobot. Pada kondisi ini mobil lebih sulit dikendalikan, karena ban belakang yang biasanya menahan bobot jadi lebih bebas yang pada akhirnya rawan kehilangan traksi. Mobil pun jadi mudah limbung bila ada sedikit saja pergerakan ke kanan atau ke kiri.

Selain itu, pada kondisi jalan menurun center gravity mobil juga akan berpindah, momen inersia akan makin membesar. Kalau pengemudi memahami dinamika jalan dan kendaraan ini maka seharusnya sebelum sampai atau awal turunan sudah sedikit melepas pedal gas bukan malah makin mengebut.

"Karena tidak memahami dinamika kendaraan yang ditungganginya sendiri dan karakter jalan yang dilalui, kebanyakan malah makin giat menginjak pedal gas," paparnya.

Kebanyakan dari kita menurut Jusri berfikir 'wah enak nih turunan' lalu makin menambah kecepatan. Padahal dengan dinamika kendaraan seperti tadi di jelaskan, sedikit saja mengerem maka mobil kemungkinan bisa understeer.

"Masalah Saiful Jamil kan sudah jadi berita nasional, tadi pagi juga ada. Seharusnya kecelakaan-kecelaan ini dilihat sebagai bahan belajar, bukan hanya melihat tokohnya saja yang kecelakaan," pungkas Jusri.

"Kalau paradigma (tidak mau belajar) ini tidak dirubah, maka akan terus terjadi kecelakaan di Cipularang. Akan terus terjadi dan terjadi lagi sampai kita semua mau belajar," tambahnya. "Sebab faktor alam kan tidak bisa kita rubah, yang ada, kita yang beradaptasi dengan alam sekitar kita. Nah kita bisa beradaptasi dengan baik kalau paradigma kita sudah benar," tandasnya.

Seperti diketahui, empat hari lalu terjadi kecelakaan di Km 97 yang melibatkan artis Saipul Jamil. Sang istri Virginia Anggreini tewas dalam insiden maut tersebut.

Lalu kecelakaan maut juga kembali terulang di Tol Cipularang KM 93 atau hanya 4 km dari lokasi kecelakaan Saipul Jamil. Sebuah mobil travel menabrak truk di bagian belakang hingga menyebabkan enam penumpangnya tewas.

Dari pemantauan detikOto, di KM 90-100 tol Cipularang dari arah Bandung menuju Jakarta memang jalan mengalami penurunan dan di beberapa ruas jalan kadang agak tidak rata (bumpy). Jadi agak berisiko jika melaluinya dengan kecepatan tinggi misalnya di atas 100 km per jam.


(ddn/ddn)

Hide Ads