Tapi hal tersebut ternyata tidak membuat Google patah semangat untuk terus melakukan penelitian terhadap sistem tersebut. Wilayah pengetesan pun pindah.
Kini, Google memilih Timur Tengah sebagai lokasi pengetesan sistem yang mereka beri nama Google Street View dan Israel yang menjadi tempat pertama yang mereka datangi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya saja, Israel memberikan Google beberapa syarat sebelum perusahaan tersebut memetakan wilayah negaranya. Ada 3 syarat utama yang diberikan oleh Israel.
Syarat pertama adalah warga Israel berhak untuk 'dilindungi' dengan cara mengaburkan gambar plat nomor kendaraan, rumah atau objek tertentu milik mereka dalam peta dan gambar milik Google yang mungkin di publikasi.
Kedua, bila Google Street View mendapat tuntutan hukum, hal tersebut harus dilakukan di Israel meski pun Google berbasis di Amerika Serikat.
Dan ketiga, Google harus memberitahu publik Israel rute-rute yang akan mereka lalui dan memberi tanda yang jelas pada mobil tes mereka agar warga mengetahui dan mengidentifikasi mobil Google Street View.
Syarat-syarat tersebut menurut Israel perlu mereka terapkan karena situasi negara tersebut mengharuskan mereka tetap waspada pada serangan-serangan. Israel takut, data yang nantinya dimiliki Google ini akan digunakan oleh para lawan mereka untuk menyerang negaranya.
Karena itulah, tidak heran bila butuh waktu enam bulan lamanya untuk Google dan Israel berdiskusi sebelum Israel menyetujui proyek tersebut.
Seperti pernah diberitakan detikOto, Google saat ini sedang mengembangkan teknologi mobil dengan kemudi otomatis. Sebuah teknologi yang memungkinkan sebuah mobil untuk bisa berjalan sendiri sampai ke tujuan.
Tahun lalu mereka melakukan tes terhadap teknologi ini di jalanan California, Amerika Serikat dengan mengunakan Toyota Prius yang sudah dimodifikasi dengan menambahkan kamera video di bagian atap, sensor radar dan laser untuk mengetahui kondisi lalu lintas di sekitar.
Nevada juga sudah mengatakan kalau sistem ini bisa digunakan di jalan umum dan legal. Namun Badan Keselamatan Lalu Lintas dan Jalan Raya Amerika atau National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) pernah mengatakan akan berusaha untuk merintangi sistem tersebut karena pemerintah Amerika tidak akan membiarkan para pengemudi mengabaikan keselamatan mereka hanya karena ada teknologi seperti ini.
Sebelumnya Universitas Parma juga mengetes mobil tanpa pengemudi yang melintasi 12.800 kilometer jalan melalui jalur antara Italia dan China melintasi Rusia, Siberia hingga gurun Gobi dan terakhir di Shanghai.
(syu/ddn)
Komentar Terbanyak
Momen Anies Baswedan Mau Isi BBM di SPBU Shell, tapi Stok Kosong
Indonesia Ribut BBM Etanol 3,5%, Toyota: Di Luar Negeri Sampai 85-100%
Lexus Sultan HB X Lagi Berhenti di Lampu Merah, Disalip Rombongan 'Tot-Tot Wuk-Wuk'