Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto turut menanggapi penjualan mobil di Indonesia yang mengalami one million trap atau stagnan 1 juta unit setahun. Airlangga yakin, pasar mobil nasional akan keluar dari fase tersebut mulai tahun ini.
Sebagai catatan, penjualan mobil tertinggi di Indonesia terjadi pada 2013 yang mencapai 1,22 juta unit setahun. Namun, setelah itu, angkanya terus merosot dan berada di kisaran sejuta unit setiap tahunnya.
Airlangga Hartarto mengaku, Indonesia tak bisa terus-terusan terjebak pada fase tersebut. Lebih lagi, kata dia, pasar otomotif nasional belakangan mulai pulih setelah dihantam pandemi habis-habisan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi, (penyebabnya) kemarin ada Covid-19 yang membuat mobilitas terganggu. Tapi, sekarang sudah kembali ke pre-Covid dan ada lonjakan dari sisi ekspor yang berada di atas 400 ribu unit," ujar Airlangga Hartarto saat ditemui awak media di Kebon Jeruk, Jakarta Pusat.
![]() |
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil nasional tahun lalu berada di angka 1.005.802 unit secara wholesales. Nominal itu turun sekira 4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 1.048.040 unit.
Airlangga memprediksi, penjualan kendaraan roda empat di Indonesia akan meningkat ke level 1,1 juta unit setahun pada 2024. Angka tersebut didorong penjualan mobil listrik yang terus membaik dari tahun ke tahun.
"Mungkin pasar (mobil nasional) meningkat menjadi 1,1 juta unit setahun pada 2024. Tapi proporsi untuk elektrik mungkin berada di kisaran 15-18 persen," ungkapnya.
Dia berharap, ke depannya, makin banyak produsen mobil yang menghadirkan produk canggih dengan harga terjangkau. Sebab, dengan demikian, minat konsumen membeli kendaraan makin meningkat.
"Pasar domestik tentu harus bisa (menghadirkan mobil) yang harganya kompetitif dan yang kedua fitur juga harus lebih modern. Kini, salah satu yang kita dorong adalah EV harga terjangkau untuk konsumen di Indonesia," tegasnya.
![]() |
Mengutip pernyataan LPEM (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat) FEB UI pada GIIAS 2023 lalu, pendapatan per kapita orang Indonesia naik tipis 3,65 persen per tahun. Angka tersebut masih berada dalam kelompok negara berpendapatan menengah-atas awal.
Pendapat per kapita yang hanya naik tipis itu disebabkan pertumbuhan ekonomi yang berkisar lima persen dalam kurun waktu periode 2015-2022. Ini menjadi salah satu penyebab penjualan mobil di Indonesia stagnan di level yang segitu-gitu saja.
Sekretaris Umum (Sekum) Gaikindo Kukuh Kumara masih mencari formula agar penjualan mobil nasional berkembang dan kapasitas produksi pabrik bisa terus ditingkatkan.
"Kita nggak gegabah dalam mencari solusinya, sekarang kita sedang mengkaji dengan LPEM UI, kenapa ini satu dekade masih satu juta, jadi banyak sisi yang kita lihat apakah mobilnya terlalu mahal, apakah kemudian perlu sisi lain lagi, misalnya pertumbuhan ekonomi, belum selesai studinya," kata Kukuh.
(sfn/rgr)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP