Karena ini kanal otomotif kami tidak akan mengulas aspek politiknya tapi lebih dari sisi hobi otomotif Vladimir Putin saja. Putin memang terkenal sebagai penggila otomotif. Aneka mobil sempat dikendarainya terutama mobil mewah seperti Mercedes-Benz.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Meski suka mobil buatan luar, rasa nasionalis Vladimir Putin selama ini dikenal sebagai pecinta otomotif tidaklah luntur. Putin lebih menyukai naik mobil asli Rusia dibanding mobil dari negara lain.
Putin pernah melakukan perjalanan panjang dengan menggunakan merek mobil Rusia. Beberapa tahun lalu Vladimir Putin pernah berkendara selama 4 hari di daerah antara Chita dan Khabarovsk dengan menggunakan mobil Rusia, Lada Kalina berwarna kuning. Dia juga menaiki mobil hybrid pertama Rusia, Yo-Mobiles.
Putin juga sempat unjuk gigi mempromosikan mobil Lada bernama Granta tahun 2012. Lada Granta ditempatkan sebagai mobil rakyat Rusia. Sebab harga jual mobil ini tergolong sangat murah yakni hanya 220 ribu rubel atau sekitar Rp 67,3 jutaan saat dijual tahun 2012
Dengan mobil ini, Vladimir Putin berharap rakyat Rusia dapat lebih mudah untuk melakukan aktivitas. Sebab selain nyaman mobil ini menurut Putin dapat menampung dua karung kentang di bagasinya.
Vladimir Putin juga menyukai mobil-mobil offroad, dia sempat mengendarai mobil offroad asli buatan Rusia Lada Niva 4x4. Tujuannya, berpromosi untuk mendongkrak eksistensi industri otomotif Rusia. Dia pun tak ragu mengendarai sendiri mobil buatan Rusia miliknya dalam upaya mendukung industri otomotif Rusia yang tengah berjuang mengatasi krisis ekonomi.
![]() |
Vladimir Putin yang juga ahli bela diri ini terlihat gagah mengendarai mobil offroad four wheel drive tersebut, yang memang didesain untuk bisa menembus medan salju khas Rusia, apalagi setelah Lada Niva tersebut dilabur warna kamuflase khas militer.
Sebagai pria penggemar otomotif, Putin juga sempat mendapat kado menarik dari Renault, yakni menjajal mobil F1 di tahun 2010.
Menggunakan helm bermotif warna Rusia disertai tulisan Rusia dan baju pembalap Renault, Putin masuk di kokpit. Vladimir Putin dengan seksama menyimak wejangan singkat dari para teknisi Renault agar bisa beradaptasi dengan sempitnya kokpit mobil F1 dan cara mengendarainya.
Meski hanya menjajal satu putaran di sirkuit yang basah Vladimir Putin rupanya cukup jago meski tak sehebat pembalap profesional. Vladimir Putin bisa menempuh 241 km per jam. Aksi Putin itu merupakan teaser saat Rusia akan menggelar ajang balapan F1. Rusia pun akhirnya bisa menggelar balapan F1 tahun 2014 setelah absen selama berpuluh-puluh tahun.
![]() |
Motor Simbol Kebebasan
Itu di mobil, bagaimana dengan roda dua alias motor? Vladimir Putin malah terlihat lebih gila lagi. Vladimir Putin termasuk pemotor sejati. Di mata Putin motor itu sebagai salah satu simbol kebebasan.
Sebagai bukti kecintaannya pada motor, Putin rela menggunakan motor Harley-Davidson Lehman Trike yang beroda tiga ketika menghadiri pertemuan internasional para pemotor di Semenanjung Crimea, Ukraina akhir Juli 2010 lalu.
![]() |
Dengan menggunakan kaca mata hitam, baju serba hitam, Putin tampak gagah mengendarai motor besar berwarna biru dan beroda tiga itu. Sayang Putin tidak memakai helm. Putin pun tampak seperti pemotor biasa ketimbang seorang pemimpin dunia.
"Apa yang paling penting, motor memberikan perasaan yang indah tentang kebebasan, itu sebabnya Anda bisa mengatakan secara langsung kalau motor itu simbol kebebasan," ujarnya ketika berpidato di hadapan para pemotor.
"Hidup Rusia, hidup Ukraina, dan hidup motor," imbuh Vladimir Putin.
Menurut Putin motor adalah sarana transportasi yang paling demokratis. "Hati-hati, jaga diri Anda dan orang-orang di sekitar Anda. Mari kita bilang tidak kepada cara mengemudi yang gila," ujar Putin.
Seperti dilansir dari detikNews, Putin, yang dijuluki 'man of action', lahir pada 7 Oktober 1952 di Leningrad, yang kini bernama St Petersburg. Dia belajar jurusan hukum dan bergabung dengan KGB setelah lulus kuliah. Semasa menjadi agen KGB, Putin bertugas sebagai mata-mata di Jerman Timur. Pada 1990, dia menjadi staf khusus Wali Kota St Petersburg Anatoly Sobchak.
Putin, yang kini berusia 65 tahun, pertama kali menjabat Presiden Rusia pada 2000-2004. Nama Putin mencuat setelah dia, yang menjabat Direktur Dinas Keamanan Federal Rusia (penerus KGB), ditunjuk menjadi Wakil Perdana Menteri, kemudian menjadi Perdana Menteri pada 1999, oleh Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin.
Rusia dalam krisis serius, yang berdampak pada perekonomian pada musim gugur 1999, setelah terjadi pengeboman apartemen di Moskow dan sejumlah kota Rusia lainnya, yang menewaskan lebih dari 290 orang. Yeltsin saat itu sedang tidak sehat dan tidak sadarkan diri. Orang-orang dekat Yeltsin mulai putus asa mencari penggantinya. Mereka mencari sosok yang bisa menyatukan Rusia.
Sosok Putin menjadi pilihan setelah, beberapa pekan pascapengeboman di Moskow, Putin merilis ancaman publik yang membuat sosoknya tertanam dalam hati rakyat Rusia. Ancaman itu ditujukan kepada kelompok militan Chechnya, yang dianggap bertanggung jawab atas pengeboman itu.
"Jika kita menangkap mereka di toilet, kita akan menghancurkan mereka," demikian bunyi ancaman keras Putin saat itu.
Bahasa kasar itu mengejutkan rakyat Rusia, tapi diterima secara baik. Citranya sebagai pria tangguh mampu mencuri perhatian rakyat Rusia. Dengan restu Yeltsin, Putin mencalonkan diri dalam pilpres 2000. Dia melontarkan janji untuk menjadikan Rusia kembali hebat.
Tahun 2000, Putin menang pilpres dengan mudah. Bahkan dia menjabat periode kedua pada 2004-2008. Pada dua periode pertamanya, Putin melejit dengan adanya pemasukan besar dari sektor minyak dan gas, yang menjadi ekspor utama Rusia. Standar kehidupan sebagian besar rakyat Rusia meningkat. Kebanggaan nasional dan stabilitas dirasakan rakyat Rusia. Namun, sebagai dampaknya, demokrasi Rusia mulai tergerus.
Pada pilpres 2009, Putin dilarang oleh Konstitusi Rusia untuk menjabat presiden pada periode ketiga. Dia lantas menjabat Perdana Menteri Rusia. Namun, pada 2012-2018, Putin kembali menjabat Presiden Rusia setelah menang pilpres. Dalam pilpres terbaru tahun ini, Putin menang telak 76 persen dan akan menjabat untuk periode keempat hingga 2024 nanti.
Meski Putin telah lama memerintah, seperti dilansir BBC, angka kepuasan publik terhadap Putin masih tinggi. Popularitas semacam ini hanya bisa dimimpikan oleh pemimpin-pemimpin negara Barat. Slogan Putin soal patriotisme mendominasi media-media Rusia. Putin sendiri menyebut kebanggaan nasional jauh lebih penting dari perekonomian Rusia.
Putin, yang memiliki sabuk hitam untuk judo, juga dikenal atas rentetan kebijakan militer yang mengejutkan. Intervensi militer di Ukraina dengan mencaplok Crimea pada 2014 dan keterlibatan tentara Rusia di Suriah sebagai sekutu rezim Presiden Bashar al-Assad mengejutkan banyak pengamat. Putin secara terang-terangan menunjukkan tekadnya untuk mempertegas kekuatan Rusia di mata dunia.
Kebijakan militer Putin yang keras ini disinyalir tidak lepas dari masa kecilnya yang keras. Diketahui bahwa Putin kecil tumbuh besar di lingkungan yang keras di Leningrad. Semasa kecil, dia sering berkelahi dengan bocah-bocah di lingkungannya, yang beberapa di antara berbadan lebih besar dan lebih kuat dari dirinya. Hal inilah yang membuat Putin tekun berlatih judo.
Dalam pernyataannya pada Oktober 2015, Putin menegaskan dirinya lebih baik langsung memerangi 'teroris' di Suriah daripada menunggu mereka untuk melancarkan serangan di Rusia. "Sekitar 50 tahun lalu, jalanan Leningrad mengajari saya satu aturan: jika pertempuran tidak bisa dihindari, Anda harus melepaskan pukulan pertama," ucapnya.
Baca juga: Tokoh Indonesia Vs Tokoh-Tokoh Asing |
Meski dikenal penuh aksi dan tegas, pemerintahan Putin juga diwarnai kekhawatiran atas pelanggaran HAM. Para pengkritik dan penentangnya dibungkam, salah satunya Alexei Navalny, yang dipenjara setelah menggelar demo antipemerintah. Navalny bahkan dilarang maju pilpres. Kasus terbaru adalah insiden diracunnya eks mata-mata Rusia, Sergei Skripal, di Inggris.
Rusia, yang dituding mendalangi serangan itu, berulang kali membantah. Dampaknya, hubungan Rusia dan Inggris memburuk, yang berujung aksi saling mengusir diplomat. Tak hanya Inggris, Amerika Serikat dan puluhan negara lainnya ramai-ramai mengusir diplomat Rusia. Menanggapi aksi internasional ini, Rusia di bawah Putin mengambil langkah balasan yang tidak kalah tegas dengan mengusir balik para diplomat asing di wilayahnya.
Di sisi lain, terseretnya Rusia dalam insiden Skripal ini dipandang sebagai bagian dari upaya Putin untuk semakin menancapkan pengaruh Rusia di panggung dunia.
![]() |
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!