Jaecoo Indonesia kembali mengajak media menjajal salah satu mobil pertamanya di Tanah Air, yakni Jaecoo J7 SHS. Kali ini, rutenya terbilang singkat, yakni dari Puri, Jakarta Barat ke BSD, Tangerang Selatan dengan jarak sekira 55 km.
Redaksi detikOto semobil dengan dua penumpang lain dengan bobot tubuh yang kurang lebih mirip, yakni berkisar 50-70 kg. Sementara barang bawaan yang termuat di kendaraan hanya tas berisikan laptop dan barang-barang ringan lainnya.
Kami mengawali perjalanan dari dealer Jaecoo di kawasan Puri, Jakbar. Kemudian melaju santai ke arah Intro Jazz Bistro di BSD, Tangsel. Kami melintasi Jalan Kembangan Raya untuk masuk ke Tol Lingkar Luar Jakarta, kemudian lanjut ke Tol Airport Prof Sedyatmo dan berujung keluar di Jalan BSD Raya Utama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Lintasan yang kami lalui kebanyakan jalan tol dan area perkotaan yang ramai pengendara. Sehingga, bisa dibilang, ini merupakan perjalanan ringan yang tak memerlukan upaya ekstra. Eh, tapi berapa, sih, konsumsi BBM-nya?
Konsumsi BBM Jaecoo J7 SHS
Secara teknis, Jaecoo J7 SHS punya mesin 1,5 liter turbocharged bersilinder empat yang dikawinkan motor listrik dan baterai 18,3 kwh. Pembekalan tersebut membuat kendaraan mampu menghasilkan tenaga total 300 dk dan torsi 525 Nm.
Jaecoo J7 SHS menawarkan tiga mode tenaga, ada yang HEV, EV dan EV+. Namun, selama perjalanan, kami hanya menggunakan mode HEV, artinya perpaduan baterai dan bensin. Padahal, dengan mode EV atau EV+, kita bisa melaju sejauh 100 km hanya dengan baterai alias tanpa BBM.
![]() |
Namun, mengingat perjalanan kami sangat singkat, yakni 55 km, maka kami memutuskan memakai HEV dengan mode berkendara ECO. Sementara power saving mode-nya kami biarkan di 'smart' dan energy recovery intensity-nya tetap di 'low'.
Cara berkendara kami juga cenderung normal, alias tak pelan maupun kebut-kebutan. Kami menjaga kecepatan konstan di 70-80 km/jam saat di tol, namun bisa lebih rendah saat memasuki jalanan umum. Kami juga membiarkan AC tetap menyala di level medium dan menghubungkan head unit ke ponsel untuk navigasi-musik.
Hasilnya, melalui MID atau multi information display yang terdapat di area kemudi, kendaraan kami mencatat konsumsi bahan bakar 3,8 liter/100 km untuk perjalanan 50 km terakhir. Maka, bisa disimpulkan, angka finalnya 26,3 km/liter.
Namun, perlu dicatat, angka tersebut merupakan hasil komputasi komputer. Sehingga, untuk menguji apakan nominalnya benar-benar sesuai, butuh pengujian lanjutan melalui skema full to full.
(sfn/dry)
Komentar Terbanyak
Jangan Pernah Pasang Stiker Happy Family di Mobil, Pokoknya Jangan!
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Kenapa Sih STNK Tak Berlaku Selamanya dan Harus Diperpanjang?