Ketum IMI Dorong Pembinaan Atlet Balap Sejak Usia Dini

Ketum IMI Dorong Pembinaan Atlet Balap Sejak Usia Dini

Dea Duta Aulia - detikOto
Minggu, 29 Jun 2025 11:07 WIB
Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo (Bamsoet) saat menerima Ketua IMI Daerah Istimewa Yogyakarta Kanjeng Pangeran Haryo Purbodiningrat di Yogyakarta, Sabtu (28/6/25).
Foto: IMI
Jakarta -

Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengatakan pembinaan atlet balap sejak usia dini merupakan aspek penting dalam pengembangan potensi atlet dan prestasi olahraga di Indonesia. Sejak usia dini, anak-anak memiliki kapasitas belajar yang luar biasa dalam menyerap teknik, strategi, dan tata cara berkompetisi yang diperlukan dalam olahraga balap.

Menurutnya, metode pelatihan yang terencana dengan baik dapat membantu mereka memahami aspek teknis dan taktis dari balapan. Langkah itu juga mampu mengembangkan keterampilan fisik yang mendasar seperti koordinasi, ketangkasan, dan daya tahan.

"Pentingnya pembinaan sedini mungkin tidak dapat dipandang sebelah mata. Sebuah studi yang dilakukan oleh European Journal of Sports Science mencatat bahwa pembalap muda yang terlatih dari usia dini menunjukkan peningkatan performa yang signifikan dibandingkan dengan mereka yang baru memulai persiapan di usia remaja," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Minggu (29/6/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hal ini menunjukkan bahwa tidak hanya teknik yang dapat diasah, tetapi mentalitas serta pengendalian diri juga menjadi faktor penentu keberhasilan," tambahnya saat menerima Ketua IMI Daerah Istimewa Yogyakarta Kanjeng Pangeran Haryo Purbodiningrat di Yogyakarta, Sabtu (28/6).

Bamsoet menjelaskan negara-negara yang mendominasi dunia balap seperti Spanyol dan Italia memiliki sistem pembinaan atlet balap dari level anak-anak. Mereka tidak hanya menyediakan fasilitas sirkuit mini, tetapi juga pelatihan teknik berkendara, disiplin fisik, hingga simulasi balap yang dirancang menyerupai kondisi balapan profesional.

ADVERTISEMENT

Di Spanyol, federasi balap bahkan memasukkan pendidikan balap ke dalam program ekstrakurikuler sekolah-sekolah olahraga.

"Indonesia butuh langkah serupa. Pembinaan atlet balap harus dimulai sejak usia dini, tidak cukup dengan menyediakan motor mini atau gokart, tetapi juga menghadirkan ekosistem lengkap," ungkapnya.

"Mulai dari sekolah balap, pelatih bersertifikat, kompetisi rutin, serta dukungan psikologis dan nutrisi. Di sinilah peran penting pemerintah, IMI, dan sektor swasta untuk membangun jalur pembibitan yang berkelanjutan," sambung Bamsoet.

Dia memaparkan pembinaan usia dini juga penting untuk membangun karakter. Dunia balap menuntut kedisiplinan, kemampuan mengambil keputusan dalam tekanan tinggi, dan sportivitas tinggi. Nilai-nilai yang bisa ditanamkan sejak dini.

Pembalap muda yang terbiasa dilatih dalam sistem profesional akan memiliki etos kerja, mental kompetitif, dan kemampuan adaptasi yang lebih baik ketika menembus pentas internasional.

"Indonesia memiliki potensi besar dalam dunia balap. Nama seperti Veda Ega Pratama, pembalap asal Gunung Kidul Yogyakarta, yang baru saja menorehkan sejarah dengan back to back juara di Red Bull Rookies Cup 2025 di Mugello, Italia, adalah contoh konkret dari hasil pembinaan yang tepat sejak dini," jelasnya.

"Veda bukan muncul begitu saja. Dia lahir dari program pembinaan jangka panjang, dukungan orang tua, pembimbing berpengalaman, serta keberanian menembus kompetisi internasional sejak usia belia," tutup Bamsoet.

(akd/ega)

Hide Ads