Tim Repsol Honda sedang mengalami paceklik podium sejak Marc Marquez mengalami cedera. Honda disebut-sebut telah melakukan kesalahan lantaran melakukan pengembangan motor sesuai gaya balap Marquez saja, akibatnya pebalap lainnya kesulitan berprestasi. Maka itu, jika Honda mau bersaing dalam perebutan gelar lagi, motornya harus fleksibel seperti motor Yamaha dan Ducati.
Saran itu diberikan oleh ayah Jorge Lorenzo, Chicho Lorenzo. Menurut Chicho, selama ini setiap pebalap baru yang masuk ke tim Honda selalu mengalami kesulitan untuk menemukan performa terbaiknya. Itu tak lain karena Honda terlalu fokus mengembangkan motor untuk Marc Marquez.
"Honda harus berubah dan lebih fleksibel. Honda harus menjadi motor seperti Ducati atau Yamaha saat ini. Semua orang yang datang ke Honda menemui 'tembok', itu adalah kuburan untuk Lorenzo dan Pedrosa. Dan itu juga telah menjadi makam bagi Pol Espargaro," kata Chicho dikutip dari Motosan.
Memang siapapun pebalap yang menjadi tandem bagi Marquez, selalu kesulitan meraih podium di setiap balapnya. Pebalap top seperti Dani Pedrosa dan Jorge Lorenzo pun seolah berada di balik bayang-bayang Marquez ketika mereka membela Repsol Honda. Nasib yang sama juga dialami oleh Alex Marquez dan kini Pol Espargaro.
Beda Marc Marquez dan Pol Espargaro
Secara khusus, Chico Lorenzo juga mengomentari perbedaan Marc Marquez dan Pol Espargaro. Menurut Chicho, Pol Espargaro memiliki potensi menjadi pebalap besar. Tapi dia tidak memiliki mentalitas juara seperti Marquez.
"Pol punya bakat luar biasa. Tapi saya pikir dia kurang memiliki mentalitas juara. Jika Anda ingin menjadi juara, memenangkan balapan, dan mengambil langkah maju sebagai pebalap, Anda harus menganalisis lebih banyak, Anda harus lebih banyak berpikir. Tidak memutar gas motor, tetapi pekerjaan yang jauh lebih komprehensif. Jadilah lebih cerdas dan objektif dan temukan cara untuk lebih maju. Dia memiliki banyak hal dari Marquez, dia sangat berani, dia mengemudi dengan sangat agresif. Tapi kemudian dia perlu menemukan solusi yang Marquez tahu bagaimana menemukannya," ujar Chicho.
Sementara untuk Marquez, merupakan pebalap berbakat dengan ambisi besarnya. Tapi di sisi lain, ambisi besar tersebut juga menjadi kelemahannya. Tak jarang, ketika dia memaksa untuk memaksimalkan motornya sampai batasnya, Marquez justru terjatuh dan gagal meraih podium.
"Dia memiliki titik lemah yang terkait dengan titik terkuatnya, keserakahannya, yang menuntunnya untuk menjadi yang terbaik, untuk mengeluarkan yang terbaik dari dirinya karena dia tidak pernah puas, dia selalu ingin lebih, dia selalu ingin menjadi yang pertama. Dan itu juga mengarah pada kesalahan-kesalahan yang menyebabkan dia jatuh dan yang menyebabkan dia melukai dirinya sendiri. Dan dalam hal ini, cedera yang membuatnya absen dari kompetisi untuk waktu lama, itu penting. Bagi saya, Marquez harus menemukan keseimbangan baru, yang mana dia harus meminimalkan risiko tapi tetap memiliki daya saing," tukasnya.
Simak Video "Video: Marquez Menang di Mugello, Bagnaia Gigit Jari"
(lua/din)