Jakarta - Di balik helm hijau dan jaket lusuh, ojek online memikul lebih dari sekadar order: mereka merawat solidaritas dan menyalakan harapan di jalanan kota.
Picture Story
Solidaritas di Jalanan: Perjuangan dan Harapan Ojol di Tengah Gejolak Sosial

Ojek online telah menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut kehidupan kota, terutama di wilayah Jabodetabek. Hingga 2024, jumlah pengemudinya diperkirakan mencapai 900 ribu hingga 1 juta orang. Jumlah yang masif ini membuat kehadiran mereka terasa di setiap sudut kota dan dalam berbagai situasi.
Dengan waktu kerja yang fleksibel, profesi ini tidak hanya menjadi pilihan utama bagi sebagian orang, tetapi juga menjadi jalan keluar sementara bagi mereka yang terdampak pemutusan hubungan kerja. Di tengah ketidakpastian ekonomi, ojek online menawarkan harapan, meskipun sering kali belum menjamin kesejahteraan. Β
Nurlaela, seorang ibu rumah tangga, memutuskan membantu perekonomian keluarga sejak 2019 dengan menjadi pengemudi ojek online. Ia bergabung dengan komunitas Laler Ijo, salah satu dari sekian banyak komunitas ojek online yang tersebar di Jakarta. Seperti komunitas ojol lainnya, komunitas ini aktif tidak hanya dalam kegiatan operasional sehari-hari, tetapi juga dalam solidaritas sosial, seperti penggalangan dana saat terjadi bencana di berbagai wilayah Indonesia. Β
Solidaritas menjadi fondasi utama dalam kehidupan para pengemudi ojek online. Misalnya, ketika di jalan mendapati pengendara lain mengalami kecelakaan, tanpa pikir panjang mereka menghentikan laju kendaraannya untuk membantu sejenak. Β
Dalam berbagai aksi, mereka rela melepas orderan untuk berunjuk rasa, baik aksi damai maupun yang berujung ricuh, sebab merekalah yang paling depan terdampak. Namun, belakangan, salah satu dari mereka harus kehilangan nyawa bahkan saat sedang menjalankan pekerjaannya di tengah kericuhan. Β
Gelombang kemarahan akhirnya datang tidak hanya dari para pengemudi ojol. Ketika suasana sosial memanas, seluruh elemen masyarakat turut terlibat dalam aksi demonstrasi yang meluas. Sayangnya, aksi tersebut kerap disusupi oleh penjarahan dan pembakaran fasilitas umum, yang justru memperkeruh suasana dan menciptakan ketegangan baru. Β
Kondisi Jakarta sempat berubah drastis. Jalanan yang biasa dipenuhi kendaraan mendadak sepi. Banyak perusahaan menerapkan kebijakan kerja dari rumah (WFH), yang berdampak langsung pada pendapatan harian para pengemudi ojek online. Β
Di tengah kekacauan itu, muncul sebuah pemandangan yang kontras. Sekelompok pengemudi ojek online berkumpul di sekitar kawasan Monas, bukan untuk berdemo, melainkan untuk membagikan bunga kepada petugas kepolisian dan TNI. Aksi ini bukan hanya simbol perdamaian, tetapi juga seruan agar tidak ada lagi korban di masa mendatang. Mereka berjabat tangan, membawa harapan sederhana: jalanan kembali menjadi tempat mencari nafkah, bukan ajang pertumpahan emosi dan konflik. Β
Solidaritas, kesetiaan, dan harapan menjadi tiga kata yang merepresentasikan peran ojek online di tengah gejolak sosial. Mereka bukan sekadar pengantar barang atau penjemput penumpang, tetapi wajah nyata dari perjuangan rakyat kecil yang terus bertahan di tengah badai. Β
Komentar Terbanyak
Tuntutan Dicuekin Pemerintah, Ojol Bakal Demo di Gedung DPR!
Ini Sebabnya Pajak Mobil dan Motor di Malaysia Murah
Harga Jual Mobil Listrik Bekas Bikin Sakit Hati, Masih Mau Beli?