Honda sebagai raja motor di Indonesia belum memasarkan motor sport 250 cc dengan 4 silinder. Berbeda dengan geng hijau, setelah ZX-25R meramaikan segmen sport 250 cc pada 2020 lalu, Kawasaki lalu merilis ZX-4RR di kelas 400 cc.
Motor dengan 4-silinder punya suara lebih gahar. Nyatanya, segmen ini diminati oleh masyarakat Indonesia. Sempat muncul rumor kehadiran CBR250RR menjadi 4-silinder. Tapi hingga kini produk itu tak kunjung jadi kenyataan.
Menurut Executive Vice President Director PT Astra Honda Motor (AHM), Thomas Wijaya konsumen di Indonesia saat ini hanya butuh motor 250 cc 2 silinder. Saat ini belum ada kelihatan peluang Honda untuk memasarkan CBR250RR menjadi 4 silinder di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini, pasar itu ada, dua silinder sekarang bagi Honda sudah memenuhi, kalau lebih besar penggunanya tentu jalanannya lebih lebar lebih panjang. Sedangkan kita pemakaian di jalan biasa," kata Thomas saat ditemui di Jakarta Pusat belum lama ini.
Memang secara pasar motor sport itu tidak besar, yakni sekitar 5 persen. 90 persen di antaranya merupakan motor matik, dan 5 persen adalah motor bebek.
"Pangsa pasarnya masih ada lima persen dan motor sport rata-rata hobi ya. Jadi kita pertahankan lah sesuai segmentasi, ada yang offroad, ada yang on road, ada yang adventure tentu kita penuhi semua yang ada di sport," kata Thomas.
Pabrikan berlambang sayap ini juga punya gacoan di era 1990-an, yakni CBR250RR yang namanya mirip dengan versi 2 silinder.
Varian pertama CBR250RR 4-silinder 250 cc berkode MC19, kemudian mendapat penyegaran di MC22 yang lahir pada tahun 1990-an. Motor ini memiliki torsi yang dihasilkan 45 Hp di 15.000 rpm dan torsi 23.5 Nm di 11.500 rpm. Pun sistem induksi masih menggunakan karburator lansiran Keihin.
Disitat dari Motor Biscuit, pada zamannya, Honda CBR250RR MC22 disebut memiliki suara mesin yang serupa mobil Formula 1 atau F1. Bahkan, dari kejauhan, raungannya sudah dengan jelas terdengar.
Namun, dua tahun setelahnya, yakni pada tahun 1994, Honda terpaksa melakukan perubahan besar di mesin kendaraan. Sebab, pada masa itu, pemerintah Jepang sangat ketat membatasi mesin motor yang beredar di jalanan umum. Hasilnya, CBR250RR MC22 yang semula bertenaga 44 dk, turun menjadi hanya 40 dk saja.
Meski menjadi ikon di eranya, namun penjualan motor tersebut rupanya tak bertahan lama. Bahkan, unitnya harus disuntik mati pada pertengahan 1996. Meski hanya dijual di Jepang, namun unitnya bisa ditemukan di negara lain seperti Australia.
Menariknya, hingga sekarang, Honda Australia masih menyediakan suku cadang resmi atau OEM untuk tunggangan legendaris tersebut.
Selain di Australia, peminat Honda CBR250RR MC22 juga tersebar di Amerika Serikat. Kini, motor tersebut dijual kolektor dengan harga selangit. Misalnya, pada 2020, ada yang menjual unit bekasnya seharga US$ 8.800 atau Rp 133 juta. Bahkan tahun, banyak yang menjualnya di kisaran Rp 150 juta sampai Rp 220 jutaan.
(riar/lth)
Komentar Terbanyak
Penjualan Mobil Ambrol, Ekonomi Indonesia Tidak Baik-baik Saja
Harga BYD Atto 1 Bisa Acak-acak Pasar Agya? Ini Kata Toyota
Harga BYD Atto 1 Gak Masuk Akal, VinFast Bilang Begini