Kenapa Konvoi Motor Suka Arogan?

Round-Up

Kenapa Konvoi Motor Suka Arogan?

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Selasa, 15 Okt 2019 07:37 WIB
Kenapa Konvoi Motor Suka Arogan?
Video Kericuhan Pengemudi Mobil vs Anggota Komunitas Motor. Foto: Tangkapan Layar
Jakarta - Baru-baru ini viral sebuah video keributan antara pengendara sepeda motor dengan sopir mobil. Pengendara sepeda motor Nmax yang sedang konvoi bersama beberapa penunggang roda dua lain terlibat cekcok dengan sopir Honda CR-V yang kebetulan melintas di jalan yang sama.

Keributan antara pengendara mobil CR-V dan pemotor Nmax itu viral di media sosial setelah diunggah akun Yudy Utomo di komunitas Facebook Malang Raya.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cuplikan video berdurasi 30 detik ini berawal dari rombongan sepeda motor yang sedang melaju satu arah sebelah kanan, mobil Honda CR-V ada di sebelah kiri. Hingga akhirnya pemotor yang sedang konvoi bersama beberapa pemotor lainnya itu terlibat perkelahian di jalanan.

Peristiwa ini mengundang banyak komentar dari warganet. Ada yang menganggap bahwa pengendara yang sedang konvoi cenderung lebih arogan. Kenapa? Berikut ulasannya.

Jalanan Milik Bersama, Kenapa Harus Ribut?

Konvoi motor juga harus aman. Foto: Dadan Kuswaraharja
Terlepas siapa yang salah dan siapa yang benar, dari sisi keamanan berkendara sebaiknya emosi antar-pengguna jalan bisa lebih diredam. Soalnya, jalanan itu milik bersama.

"Tekan emosi hingga arogansi karena jalan itu milik bersama," ujar Instruktur Rifat Drive Labs, Andry berlianto kepada detikcom, Senin (14/10/2019).

Jalan raya yang memang menjadi hak semua orang, hindari sikap arogansi untuk mendapatkan prioritas di jalan. Fungsi aturan dijalankan, bukan untuk pajangan semata.

"Terlepas dari video di atas, karena kita nggak tahu kronologi dari awal sampai akhir. Jadilah pengendara yang taat pada aturan di jalan dan saling menghormati saja," kata Andry.

Lebih lanjut, Andry mengatakan konvoi kendaraan juga terkadang membuat seseorang merasa lebih berani. Ketika sudah berkelompok, pengguna jalan sering kali arogan karena merasa eksklusif.

"Arogansi itu dapat timbul karena kita beramai-ramai bersama teman/komunitas. Di mana pembelaan bisa didapat dari teman bahkan saat kita salah sekalipun," kata Andry.

Harusnya saat berada di jalan raya, meski konvoi atau sendiri, tak ada perbedaan dengan pengguna jalan lain.

"Konvoilah dengan tertib dan mengikuti arus, konvoi sama keberadaannya dengan pengguna jalan lain," tutur Andry.

Arogan Bukan Karena Merek atau Jenis Motor

Touring. Foto: Dok. AHM
Dalam konvoi, sisi eksklusivitas sering ditunjukkan oleh peserta konvoi yang berkesan arogan sehingga terciptanya perselisihan antara peserta konvoi dengan pengguna jalan lain. Namun, ada yang mendiskreditkan merek atau jenis motor tertentu yang disebut lebih arogan di jalan raya. Apakah benar arogansi di jalan raya karena tunggangan yang digunakan?

Menanggapi hal ini, Andry mengatakan umumnya arogansi lahir ketika sedang melakukan konvoi.

"Lebih ke personal karena ada indikasi overpride atau over pede (percaya diri yang berlebih) karena sedang berkendara ramai-ramai," kata Andry.

Andry menjelaskan lebih lanjut perilaku arogansi tidak didasari merek motor yang digunakan. Namun karena teknik dan kesadaran perilaku berkendara yang kurang baik.

"Soal skutik besar itu hanya paradigma sesaat kok, jadi jangan di-blow up skutiknya. Banyak kok non-skutik dan lain-lain sama arogannya," sambung Andry.

Alasan Konvoi Motor Bisa Lahirkan Sikap Arogan

Foto: dok. BRI
Berkonvoi merupakan kegiatan tak asing yang dilakukan pencinta otomotif baik roda dua maupun roda empat. Namun saat konvoi di jalan, peserta konvoi terkadang lupa akan aturan tata tertib sehingga terjadi perselisihan dengan pengguna jalan lain.

"Arogansi itu dapat timbul karena kita beramai-ramai bersama teman/komunitas di mana pembelaan bisa didapat dari teman bahkan saat kita salah sekalipun," ungkap Andry.

Andry mengingatkan bahwa prioritas peserta konvoi dengan pengguna jalan lain adalah sama, apalagi bila tanpa kawalan polisi.

"Konvoilah dengan tertib dan mengikuti arus, konvoi sama keberadaannya dengan pengguna jalan lain," kata Andry.

Bila sudah berkelompok dan seragam, tidak berarti bisa semena-mena di jalan. Sikap menghormati pejalan lain menjadi perhatian.

Sebab ketika mengemudikan motor atau mobil tidak hanya sehat secara fisik, tapi juga mental karena menghadapi lingkungan, provokasi, dan gangguan yang datang dari luar kendaraan.

Cara Konvoi Aman biar Tak Ada yang Arogan

Foto: Honda Gold Wing Club Indonesia
Ada cara agar touring bisa berlangsung dengan nyaman, khususnya dengan pengguna jalan lain. Seperti yang diungkapkan Andry Berlianto bahwa untuk satu rombongan konvoi disarankan tidak banyak-banyak agar kenyamanan tidak terganggu.

"Akan aman (direkomendasikan) untuk per 10 motor saja untuk bisa mengikuti flow lalu lintas yang ada, plus menikmati perjalanan," ujar Andry kepada detikcom, Senin (14/10/2019).

Pun demikian bila konvoi dalam kelompok besar disarankan menggunakan pengawalan kepolisian.

"Konvoi-konvoi besar ada baiknya juga dalam pegawalan petugas resmi dari kepolisian," ujar Andry.

Apalagi saat konvoi ada yang meminta prioritas tanpa dikawal oleh polisi, itu tidak dibenarkan. Seperti yang diungkapkan Instruktur dan Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu beberapa waktu yang lalu.

"Jadi kalau kita tidak dikawal Polisi, dan Polisi tidak melakukan diskresi terkait dengan rekayasa lalu lintas, maka kita tidak bisa membuat rekayasa itu," ujar Jusri.

Ada beberapa syarat dan tata krama yang perlu dijalankan agar seluruh pengguna jalan merasa aman dan nyaman, khususnya terhindar dari sikap arogansi di jalan.

"Pertama, ada briefing ketentuan konvoi, yang kedua harus ada officer supaya seluruh peserta tahu. Kemudian ada aturan-aturan spesifik ketika saat konvoi, tidak arogansi, tidak ada eksklusivitas dan tidak ada saling balap-membalap," kata Jusri.
Halaman 2 dari 5
(rgr/ddn)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads