Tercatat 170 mobil dari beragam merek tumpah ruah menjadi satu, dari beraliran racing street hingga drag race saling berebut untuk menjadi juara.
Adit salah satu juri IAM menceritakan beda dengan para modifikasi yang tampil di sini cenderung lebih kepada proper atau laik jalan. Selain tampil kece, namun juga kebanyakan digunakan untuk harian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Banyak mobil di sini untuk dipakai harian, buktinya ada beberapa mobil yang kotor dan beberapa bodi yang lecet. Beda sama kita (Indonesia) yang ngebangun mobil memang untuk kontes," ujar CEO PT HIN Promosindo, Reza Aliwarga selaku ketua penyelenggara IAM di Johor Bahru, Malaysia, Sabtu (7/12/2019).
Hal senada juga dituturkan juri tamu Rudi dari Kupu-kupu Malam Yogyakarta ikut ambil bagian menilai mobil dar8 para peserta modifikasi.
"Ada perbedaan yang signifikan, di sini saya lihat lebih cenderung Street Racing tapi dipakai harian. Ketika saya muter-muter melihat ada lecet-lecet di bagian bawahnya, cuma mungkin sama Indonesia perbedaan kulturnya. Karena kalau di sini eventnya sedikit, sedangkan di Indonesia sangat banyak sekali," kata Rudy kepada detikcom di Johor Bahru, Malaysia, Sabtu (7/12/2019).
"Di Indonesia mobil kontes ya khusus kontes, jadi saat turun ke kompetisi clean, kinclong. Nah kalau di sini sempat saya perhatikan masih ada yang ngelapin, masih berdebu, lecet. Nah mungkin di sini mereka memodifikasi mobil untuk harian tapi tetap mengedepankan fungsional dan kenyamanan," sambungnya.
![]() |
Tak hanya itu, dalam pengamatan detikcom modifikasi di Malaysia kebanyakan menurunkan mobil-mobil genre kelas sedan hingga sport car. Mobil untuk kelas Low MPV sendiri terlihat tidak begitu digemari.
"Di sini memang terlihat perbedaan kultur budayanya. Mereka lebih mengedepankan unsur fungsionalitas," kata Rudy. (riar/ddn)
Komentar Terbanyak
Memang Tak Semua, tapi Kenapa Pengguna LCGC Suka Berulah di Jalan?
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Bayar Pajak STNK Masih Datang ke Samsat? Kuno! Ini Cara Bayar Pakai HP