Dampak Perang Harga Mobil di China: Kualitas Turun!

Dampak Perang Harga Mobil di China: Kualitas Turun!

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Rabu, 03 Sep 2025 12:04 WIB
SHANGHAI, CHINA - APRIL 17: Aerial view of trucks loaded with new energy vehicles for export at a terminal of Shanghai port on April 17, 2025 in Shanghai, China. (Photo by Long Wei/VCG via Getty Images)
Mobil Listrik di Shanghai, China. Foto: VCG via Getty Images/VCG
Jakarta -

[Gambas:Youtube]

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pabrikan mobil di China menerapkan strategi 'perang harga'. Pabrikan otomotif di sana melakukan penurunan harga gila-gilaan. Bahkan, harga mobil baru bisa jauh lebih murah dibanding harga mobil yang dirilis sebelumnya. Namun, ada dampak negatif yang muncul dari strategi perang harga itu.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan survei J.D. Power, kualitas mobil berbahan bakar bensin di China menurun selama dua tahun berturut-turut. Hal itu dipercaya karena dipicu persaingan harga yang semakin ketat memaksa produsen mobil mengambil jalan pintas.

Studi China Initial Quality (IQS) 2025 yang diterbitkan J.D. Power menunjukkan, masalah yang dilaporkan pemilik kendaraan meningkat menjadi 229 masalah per 100 kendaraan. Angka itu naik 17 masalah dari tahun 2024.

Diberitakan China Daily, meningkatnya masalah pada kendaraan itu terjadi secara luas. Tak cuma mobil massal, bahkan mobil premium pun dilaporkan memburuk dengan mencatatkan lebih banyak 13 masalah per 100 kendaraan dibanding tahun sebelumnya.

"Dengan latar belakang berbagai tekanan persaingan dalam hal teknologi, konfigurasi, dan harga, kinerja IQS kendaraan berbahan bakar konvensional telah mengalami penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun," kata Elvis Yang, manajer umum praktik produk otomotif di J.D. Power China.

Laporan tersebut menyoroti bahwa cacat desain dan cacat produksi meningkat tajam sejak tahun 2024. Keluhan tentang sistem infotainment, kursi, dan fungsi bantuan pengemudi adalah yang paling menonjol. Hal itu menggarisbawahi risiko yang ditimbulkan oleh terburu-burunya penambahan fitur digital.

Para pemilik menyebutkan pengenalan suara yang salah, layar sentuh yang tidak responsif, dan konektivitas Bluetooth yang lemah sebagai masalah yang sering terjadi.

Studi ini juga menunjukkan kesenjangan yang semakin lebar antara permintaan konsumen akan fitur-fitur berteknologi tinggi dan kemampuan produsen untuk memastikan keandalan.

Survei ini mencakup tanggapan dari hampir 20.000 pembeli dari 148 model di 39 merek antara Juli 2024 dan Maret 2025. Survei di China ini sudah memasuki tahun ke-26.




(rgr/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads