RI Digusur Malaysia, Ini Sederet Dampak Buruk Penjualan Mobil Turun Terus

RI Digusur Malaysia, Ini Sederet Dampak Buruk Penjualan Mobil Turun Terus

Rangga Rahadiansyah - detikOto
Kamis, 28 Agu 2025 07:43 WIB
Pengunjung beraktivitas diΒ Indonesia International Motor Show 2025, Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Penjualan mengalami penurunan dan dikhawatirkan tak mencapai target yang ditetapkan Gaikindo
Jakarta -

Penjualan mobil di Indonesia sudah dikalahkan oleh Malaysia pada kuartal terakhir. Jika sampai akhir tahun penjualan mobil Malaysia lebih banyak, maka negara itu akan menggeser Indonesia dari 'raja' otomotif ASEAN.

Selama ini, Indonesia menjadi raja otomotif ASEAN dengan penjualan kendaraan domestik terbanyak di Asia Tenggara. Malaysia beberapa waktu lalu sudah berhasil menggeser Thailand di posisi dua. Mungkin kalau kondisinya begini-begini saja, pada akhir tahun nanti Malaysia bisa menggeser Indonesia di puncak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski pada kuartal terakhir Malaysia mengalahkan Indonesia, namun jika ditarik data sepanjang tahun ini RI masih menjual mobil lebih banyak. Dengan selisih yang sangat tipis.

Asosiasi Otomotif Malaysia (MAA) merilis data penjualan kendaraan bulan Juli 2025. Data year to date atau penjualan kendaraan dari Januari sampai Juli 2025, Malaysia mencatatkan angka 443.777 unit. Angka itu turun 5 persen dibanding periode yang sama tahun 2024.

ADVERTISEMENT

Penjualan year to date atau Januari-Juli 2025 di Malaysia itu hampir mengalahkan Indonesia. Berdasarkan data retail sales (penjualan dari dealer ke konsumen) yang dicatat Gabungan Industri Kendaraan Bermtor Indonesia (Gaikindo), sepanjang Januari sampai Juli 2025 sebanyak 453.278 unit mobil baru dikirim ke garasi konsumen Indonesia. Angka itu turun 10,8 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunannya lebih tajam dibanding Malaysia.

Akademisi dari ITB sekaligus pengamat otomotif Yannes Martinus Pasaribu mengatakan, jika Malaysia mengalahkan Indonesia dalam hal penjualan otomotif, maka efeknya akan berantai.

"Dimulai dari tekanan yang memaksa revisi target Gaikindo dari 900.000 unit menjadi 750.000-850.000 unit akibat penurunan daya beli kelas menengah sebesar 16,6 persen sejak 2019 dan kenaikan pajak seperti PPN 12 persen," kata Yannes kepada detikOto.

Penurunan penjualan mobil di Indonesia itu dapat mengurangi utilisasi pabrik kendaraan di dalam negeri. Saat ini saja, pabrik kendaraan di Indonesia baru terutilisasi 55 persen. Jika penjualan turun, utilisasinya bisa lebih rendah lagi.

"Ditambah meningkatnya lay off (PHK) pekerja pabrik perakitan APM dan pabrik parts tier 3 dan tier 2," sebut Yannes.

Lebih lanjut, Yannes berpendapat jika penjualan kendaraan di Indonesia terus melambat, efeknya bisa ke rencana transisi elektrifikasi. Bahkan dapat mempengaruhi pendapatan negara.

"Jika perlambatan ini terus berlangsung juga berpotensi memperlambat transisi elektrifikasi nasional dan mengancam kontribusi sektor otomotif terhadap pemasukan kas negara," katanya.




(rgr/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads