Mantan bos Nissan, Carlos Ghosn mengendus agenda terselubung di balik aliansi Honda, Mitsubishi, dan Nissan yang baru saja terbentuk.
Buronan International Criminal Police Organization (Interpol) berusia 70 tahun ini beranggapan Honda ingin mengambil alih Nissan dan Mitsubishi.
Nissan, Honda dan Mitsubishi Motors mengumumkan resmi beraliansi sebagai mitra strategis untuk mengembangkan kendaraan elektrifikasi dan perangkat lunak kendaraan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemitraan ini memungkinkan ketiganya untuk memotong biaya dan berpotensi meningkatkan keuntungan. Menurut Ghosn kesepakatan itu hanyalah pengambilalihan Mitsubishi dan Nissan yang disamarkan oleh Honda.
Alasan mendasar bagi Ghosn adalah Honda merupakan pabrikan terbesar di antara keduanya. Dengan status lebih powerful, Honda bisa mengendalikan dua merek tersebut sebagai "kursi pengemudi".
"Saya tidak bisa membayangkan untuk sesaat bagaimana itu akan bekerja antara Honda dan Nissan kecuali itu adalah pengambilalihan, kecuali itu adalah pengambilalihan yang disamarkan oleh Honda dari Nissan dan Mitsubishi dengan Honda di kursi pengemudi," kata Ghosn kepada Autonews, dikutip Jumat (9/8/2024).
Ghosn tentu saja punya pengetahuan tentang industri saat dirinya memimpin Renault-Nissan-Mitsubishi sampai akhirnya ditangkap atas tuduhan pelanggaran keuangan. Ghosn sekarang adalah buronan Interpol dari otoritas Jepang dan tinggal di Lebanon.
Menurutnya, Honda sejauh ini merupakan yang terbesar dari tiga produsen Jepang tersebut. Perjanjian baru ini belum diungkapkan secara gamblang, namun mantan penanggung jawab Nissan itu berpendapat Honda yang akan mengambil keputusan.
![]() |
"Ini akan menjadi pengambilalihan, pengambilalihan yang terselubung," ceplos dia lagi.
Baginya, melipat ketiga merek ke dalam produksi terpadu lebih masuk akal ketika seseorang memimpin.
"Mereka akan bekerja sama hanyalah 5 persen dari tantangan. 95 persen area lainnya adalah tempat Anda benar-benar perlu duduk, memiliki posisi yang kuat, dan memiliki partisi ulang pekerjaan, "kata Ghosn.
"Anda perlu bekerja pada sinergi. Anda perlu memastikan bahwa Anda tidak terpaku pada identitas atau kepemilikan nasional Anda. Anda perlu benar-benar melihat laba Anda, meningkatkan pendapatan Anda, memotong biaya Anda," tambahnya lagi.
Apalagi rencana beraliansi dengan Honda tidak pernah dibahas selama Ghosn menjabat di Nissan. Dia menjabat sebagai CEO dari Juni 2001 hingga April 2017, ketika dia mengundurkan diri namun tetap menjadi Chairman perusahaan.
Usai kabur dari Jepang, Ghosn kini menjalani kehidupan berbeda di Lebanon. Dia mengajar di perguruan tinggi setempat dan membantu startup dengan menawarkan nasihat bisnisnya.
Mengenai aliansi Honda-Nissan-Mitsubishi yang baru diumumkan pada 1 Agustus, rinciannya masih belum jelas. Namun diketahui Honda dan Nissan secara terpisah sudah menandatangani kesepakatan untuk mengerjakan baterai, motor listrik, dan kendaraan yang ditentukan software-defined vehicles (SDV). Selain itu, Nissan dan Honda akan saling melengkapi jajaran mobil internal combustion engine (ICE) dan mobil listrik.
(riar/lth)
Komentar Terbanyak
Selamat Tinggal Calo, Bikin SIM Wajib Ikut Ujian Lengkap
Naik Taksi Terbang di Indonesia, Harganya Murah Meriah
Gaya Merakyat Anies Baswedan di Formula E Jakarta, Duduk di Tribun Murah