Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah. Bahkan, dolar hari ini masih di atas Rp 16.000. Bagaimana nasib harga mobil jika dolar terus melambung tinggi?
Nilai tukar dolar merupakan salah satu komponen penentu harga kendaraan di Indonesia. Tak jarang nilai tukar ini mempengaruhi harga mobil yang dijual di Indonesia. Begitu juga saat dolar tembus Rp 16.000. Mengutip data RTI, Senin (22/4/2024), dolar AS pagi ini berada di level tertingginya pada Rp 16.251 dan terendahnya Rp 16.188.
Ditambah lagi situasi geopolitik global di mana terjadi konflik di Timur Tengah. Perang Iran-Israel yang memanas juga bisa mempengaruhi industri otomotif Tanah Air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy mengatakan sentimen seperti perubahan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS serta kondisi geopolitik global sangat mungkin berdampak pada pasar otomotif Indonesia. Namun Anton menyebut, pihaknya masih memonitor dampaknya dan mengevaluasi efek hal tersebut terutama terhadap model-model Toyota baik yang diproduksi lokal maupun yang berstatus impor CBU. Pihaknya masih memantau berbagai faktor sebelum mengoreksi harga kendaraan.
"Karena dalam penetapan harga, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti nilai tukar, biaya produksi, kondisi pasar, kompetisi dan lain sebagainya. Yang pasti kami akan terus memperhatikan kondisi ini dengan baik sekaligus berkoordinasi dengan prinsipal, manufaktur, serta jaringan dealer, sehingga Toyota dapat tetap memberikan Best Total Ownership Experience dari berbagai produk dan layanan kepada pelanggan Toyota," ucap Anton kepada detikOto, Senin (22/4/2024).
Senada, Sales & Marketing and After Sales Director PT Honda Prospect Motor (HPM) Yusak Billy mengatakan penguatan nilai tukar dolar terhadap rupiah yang terus berkelanjutan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi industri otomotif. Biaya produksi bahkan sampai harga jual mobil baik mobil impor maupun rakitan lokal bisa terpengaruh nilai tukar dolar ini.
"Dan juga situasi global politik issue seperti konflik di Timur Tengah juga bisa mempengaruhi perekonomian secara global dan nasional yang bisa berpengaruh pada pasar otomotif nasional," kata Billy kepada detikOto, Senin (22/4/2024).
"Saat ini kami masih terus memonitor dampak dari situasi ini untuk menentukan strategi yang tepat untuk dapat mempertahankan value terbaik bagi konsumen," sambungnya.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Punya Duit Rp 190 Jutaan: Pilih BYD Atto 1, Agya, Brio Satya, atau Ayla?
Segini Beda Penjualan Toyota Alphard vs Denza D9, Beda Jauh
Jarak Tempuh Baterai Mobil Listrik: Kenyataan Tak Seindah Klaim