Mobil China jadi primadona baru. Bahkan keberadaan mobil China membuat mobil dari Eropa, Jepang, hingga Amerika mulai ditinggal.
Pasar otomotif China tengah mengalami perubahan signifikan. Ya, pasar otomotif terbesar di dunia itu kini diramaikan banyak pemain baru dari negeri sendiri. Menariknya pemain baru justru bisa meraih simpatik warga lokal. Dilansir Reuters, di China merek General Motors maupun Volkswagen amat mendominasi.
Namun sejak tahun 2019, tercatat penjualannya menurun 1 juta unit setiap tahunnya. Konsumen di Negeri Tirai Bambu itu mulai beralih dari merek barat yang kebanyakan masih berkutat di mesin konvensional. Warga China kemudian mulai melirik produsen mobil listrik lokal seperti BYD dan baru-baru ini Xiaomi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pabrikan China unggul kalau bicara teknologi dan biaya produksi. Hal ini menjadi alarm bagi para eksekutif di Detroit (markas GM), Jepang, dan Eropa. Mereka harus segera berbenah dan menghadapi keputusan besar untuk meninggalkan China sekaligus membidik pasar baru atau menggelontorkan investasi besar mengejar ketertinggalan.
Keberadaan produsen China itu juga turut mengganggu penjualan Tesla. Dalam laporan pengiriman kuartal pertama, jauh di bawah perkiraan Wall Street. Sejatinya Tesla sempat unggul dengan keberadaan pabrik raksasa di Shanghai. Pendirian pabrik Tesla itu bertepatan dengan berkembangnya pasar mobil listrik di China.
Tapi sekarang perusahaan garapan Elon Musk itu tertinggal dari BYD dan mulai tertekan dengan keberadaan Xiaomi. Seperti diketahui, Xiaomi baru-baru ini meluncurkan mobil listrik pertamanya pada Jumat pekan lalu. Pemesanannya pun membludak tembus 90.000 unit pada hari Senin (1/4/2024).
Nilai perusahaan juga melonjak tajam hingga USD 4 miliar sekaligus melampaui GM dan Ford. Di samping itu, Reuters melaporkan bahwa produsen China yang memiliki mitra dari Barat seperti General Motors dan Volkswagen menyusun rencana untuk memangkas jumlah karyawan.
Namun perusahaan membantah rumor itu. Meski demikian tidak menampik bahwa akan memutus kerja karyawan dengan kinerja buruk. Adapun merosotnya penjualan yang dialami GM maupun Volkswagen membuatnya kehilangan pendapatan besar. CEO GM Mary Barra pada Januari telah mengingatkan para investor bahwa bisnis mobil di China merosot ke zona merah untuk kuartal pertama. Padahal saat masa-masa indah GM tahun 2018, GM meraup USD 2 miliar di China. Namun pada tahun 2023, pendapatan GM hanya USD 446 juta.
Di lain sisi produsen juga menyiapkan strategi baru. Ford misalnya telah mengurai rencana untuk memangkas biaya, fokus terhadap kendaraan komersial, dan memanfaatkan China sebagai basis ekspor.
(dry/rgr)
Komentar Terbanyak
Punya Duit Rp 190 Jutaan: Pilih BYD Atto 1, Agya, Brio Satya, atau Ayla?
Konvoi Moge Terobos Jalur Busway Ditilang Semua, Segini Besar Dendanya
Tak Cuma PNS, Ini 15 Golongan yang Gratis Naik Angkutan Umum di Jakarta