Industri otomotif di awal tahun 2024 dilanda penurunan penjualan. Tak tanggung-tanggung, penjualan mobil pada Januari 2024 sampai minus lebih dari 26 persen.
Dikutip dari riset Stockbit, penjualan wholesales (distribusi dari pabrik ke dealer) kendaraan di Indonesia pada Januari 2024 turun 18,4 persen dibanding Desember 2023. Kalau dibanding Januari 2023, penjualan mobil pada Januari 2024 penurunannya mencapai 26,1 persen.
Pada bulan pertama tahun 2024, penjualan mobil secara wholesales hanya tercatat sebanyak 69.619 unit. Padahal, pada Desember 2023 penjualan mobil mencapai 85.284 unit dan Januari 2023 mencapai 94.270 unit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara mengatakan industri otomotif masih ada harapan untuk mencapai target penjualan tahun 2024. Apalagi, industri otomotif Indonesia kehadiran beberapa merek baru.
Merek baru yang sudah resmi meluncur di Indonesia adalah BYD asal China dan VinFast asal Vietnam. Keduanya sudah melakoni debut di Indonesia International Motor Show (IIMS) 2024.
"Pengaruhnya (dari kehadiran merek baru) ada pasti. Dan kemudian ada tawaran baru. Konsumen akan memiliki lebih banyak pilihan lagi kan. Ini harapannya ada dua sisi, pilihannya banyak, tapi juga kemudian (dapat berdampak pada) peningkatan jumlah penjualan," ujar Kukuh kepada detikOto melalui sambungan telepon, Selasa (20/2/2024).
Sementara itu, Kukuh mengatakan banyak faktor yang membuat penjualan mobil menurun pada awal 2024. Kukuh bilang, tren penurunan penjualan kendaraan ini sudah dirasakan sejak September 2023.
"Banyak ya (faktornya), panjang. Jadi kalau kita lihat indikasinya kan berawal di bulan September. Di September kan turun, Oktober juga turun, padahal Agustus kan baru pameran GIIAS. Tapi ternyata September turun," ujar Kukuh.
Salah satunya adalah kredit kendaraan yang diperketat. Padahal, mayoritas pembeli mobil di Indonesia memilih skema kredit.
"80 persen orang beli mobil kan pakai kredit. Begitu (kredit) diketatkan kemudian orang ngerem pembelian kendaraan bermotor. Ditambah lagi kemudian karena ada pengetatan dan juga ada indikasi kalau nggak salah info dari perbankan bahwa NPL (non-performing loan/kredit bermasalah) juga ada kecenderungan naik, begitu NPL naik kan semakin diperketat. Semakin diperketat semakin sedikit orang beli mobil. Efek berantai," jelas Kukuh.
Ditambah lagi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami penurunan. "Kondisi ekonomi kita sedikit turun walaupun masih di kisaran 5 persen ya," sebut Kukuh.
(rgr/din)
Komentar Terbanyak
Heboh Polantas Tanya 'SIM Jakarta', Begini Cerita di Baliknya
Sertifikat Kursus Nyetir Jadi Syarat Bikin SIM, Gimana kalau Belajar Sendiri?
Dulu Rp 76 Juta, Kini Tembus Rp 200 Juta! Kenapa Harga Mobil LCGC Naik Terus?