Wanti-wanti Toyota ke Merek Baru: Pasar Mobil Tak Tumbuh, Bisa Berdarah-darah

Wanti-wanti Toyota ke Merek Baru: Pasar Mobil Tak Tumbuh, Bisa Berdarah-darah

Ridwan Arifin - detikOto
Rabu, 24 Jan 2024 11:36 WIB
Ilustrasi ekspor mobil Toyota Indonesia.
Ekspor mobil Toyota Foto: Doc. TMMIN.
Jakarta -

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia kedatangan pemain baru merek non-Jepang. Tapi penjualan mobil domestik masih saja mentok di angka 1 juta unit dalam setahun.

Build Your Dream (BYD), raksasa mobil listrik asal China, turut meramaikan pasar otomotif di Indonesia. Sebelumnya sudah muncul merek dari rekan senegara, yakni Neta, Chery, Wuling, dan DFSK. Tak ketinggalan dari Korea Selatan, Hyundai juga ikut menanamkan investasi di Indonesia.

Pemain makin banyak tapi pasar otomotif stagnan pada angka 1 jutaan unit per tahunnya. Padahal rasio kepemilikan mobil masih sekitar 99 mobil per 1.000 penduduk. Penjualan mobil tertinggi di Indonesia terjadi pada tahun 2013 yang mencapai 1.229.811 unit kemudian terus merosot di tahun berikutnya, namun tetap berada di level satu jutaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Bob Azam, berharap supaya pasar terus bertumbuh. Sebab jika tidak, penjualan hanya terbatas pada segmen yang sudah dipasarkan saja, apalagi terjadi kemerosotan sejak terakhir pada 2013.

"Kita harus selalu positif datangnya pemain baru. Yang kita harapkan sebenarnya market itu bisa berkembang. Masalahnya kan market otomotif satu juta (unit) terus, udah 10 tahun. Sedangkan pemainnya makin banyak. Akibatnya kan nanti makin berdarah-darah. Ya, nggak bisa mengembangkan produk," kata Bob saat ditemui di Karawang, Jawa Barat.

ADVERTISEMENT

Bob mengatakan idealnya pasar otomotif di Indonesia sudah bisa mencapai 2 juta unit, termasuk ekspor. Hal itu sesuai dengan kapasitas produksi. Tapi faktanya Indonesia sekarang sedang mengalami fase one million trap alias terjebak di angka penjualan 1 juta unit per tahun.

"Mestinya sudah dua juta, kapasitas industri otomotif yang ada di Indonesia lebih dari dua juta, 2,3 juta. Kalau kita beroperasi satu juta artinya kita tidak efisien. Kawasan lain berkembang, India berkembang. Sekarang Indonesia bisa menikmati ekspor karena kita cukup kompetitif, sekarang sudah menduduki posisi yang terhormat, karena kita bisa ekspor, yang kita ekspor ini produk-produk yang teknologi tinggi, bukan teknologi rendah. Itu kan satu posisi yang terhormat, tapi ini tidak bisa kita enjoy terus ke depan, kalau tidak ada progress, karena apa? Karena satu juta itu tanggung," terang Bob.

"Bisa ditelan itu, tapi kalau dua juta saya rasa nggak gampang. Jadi untuk ketahanan industri kita supaya tidak gampang ditelan orang, di-replace dan sebagainya. Kita harus buru-buru ke fase dua juta, di mana kalau dua juta itu nggak mudah untuk ditelan," imbuhnya lagi.

Ke depan, Bob memprediksi pasar otomotif masih berada di level satu juta jika pemerintah tidak memiliki proyeksi untuk menumbuhkan pasar, bahkan untuk tahun 2030 sekalipun.

"Jadi nggak ada yang bisa kerjakan kalau market-nya satu juta terus, lain lagi kalau market-nya dua juta. Banyak yang bisa kita skenarioin, banyak yang bisa kita drawing, banyak yang bisa kita dream. Mestinya menurut saya Gaikindo, pelaku usaha, pemerintah sama, bikin konsesus 2030 market-nya mau diapain nih. Kemudian untuk mencapai 2,5 juta, kebijakan apa yang mau diambil. Kalau di situ sudah ada, kita mau ngomong IKM (Industri Kecil Menengah), lokalisasi, mudah," tambah Bob.

Mengutip paparan LPEM (Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat) FEB UI pada GIIAS 2023 lalu, pendapatan per kapita orang Indonesia naik tipis per tahun 3,65 persen, - masih berada dalam kelompok negara berpendapatan menengah-atas awal. Pendapat per kapita yang naik tipis tersebut disebabkan pertumbuhan ekonomi yang berkisar antara lima persen dalam kurun waktu periode 2015-2022. Ini menjadi salah satu penyebab penjualan mobil di Indonesia stagnan di level satu juta unit.

Bob optimistis Indonesia masih bisa menumbuhkan pasar lebih tinggi. Pasalnya banyak wilayah lain di luar Jawa dan Bali yang sedang dibangun infrastrukturnya.

"Indonesia potensi banget. Infrastruktur jalan tol, itu pasti membuka pertumbuhan baru. Ini harus diantisipasi industri yang bergerak di transportasi, sebab kalau kita telat mengembangkan tiba-tiba permintaan naik, itu akan diisi oleh impor," jelas dia.

Lihat juga Video: GR Corolla Mejeng di GIIAS 2023, Tampil Sangar dan Sporty

[Gambas:Video 20detik]



(riar/rgr)

Hide Ads