Jika dihitung melalui satuan persentase atau perbandingan jumlah penduduk, angka kepemilikan mobil pribadi di Indonesia masih kalah dari negara-negara lain di Asia Tenggara. Hal itu disampaikan Fransiscus Soerjopranoto selaku Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia (HMID).
Menurut Soerjo, rasio kepemilikan mobil pribadi di Indonesia masih kalah dari Brunei dan Singapura. Sehingga, kata dia, peluang bisnis untuk perusahaan otomotif di dalam negeri masih sangat besar. Mengingat masih banyak masyarakat yang belum punya kendaraan roda empat di rumahnya.
"Indonesia ini ada 270 juta penduduk, namun rasio kepemilikan kendaraan pribadi masih kurang dari 100 per 1.000 populasi. Bahkan, angkanya di bawah Malaysia, Singapura dan Brunei," ujar Soejo saat menyampaikan materi di hadapan tamu Indonesia Sustainability Forum (ISF), Jakarta, Kamis (7/9).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Apa yang disampaikan Soerjo sesuai dengan pernyataan Kemenperin pada penghujung 2021 lalu. Ketika itu, tepatnya di webinar 'Quo Vadis Industri Otomotif Indonesia di Era Elektrifikasi', Kemenperin mengatakan, rasio kepemilikan mobil di Indonesia hanya 99 dari 1.000 orang.
Meski demikian, angka tersebut telah mengalami peningkatan. Sebab, pada 2017 lalu, rasio kepemilikan mobil pribadi di Indonesia hanya mencapai 87 dari 1.000 orang.
Pasar Mobil Listrik di Indonesia Masih Kecil
Di kesempatan yang sama, Direktur Utama (Dirut) Indonesia Battery Corporation (IBC), Toto Nugraha mengatakan, pasar mobil listrik di Indonesia masih sangat kecil dibandingkan negara-negara raksasa seperti China dan Amerika Serikat.
"Kita harus menyadari soal bagaimana pertumbuhan kendaraan listrik di dunia. Sekarang, Tiongkok (penjualan kendaraan listrik setahun) sudah 6 juta unit, Amerika Serikat 3 juta. Sementara Indonesia masih belasan ribu unit," ungkap Toto di Indonesia Sustainibility Forum (ISF).
![]() |
Menurut Toto, dengan sumber daya nikel yang berlimpah, pasar kendaraan listrik di Indonesia harusnya bisa lebih besar. Bahkan, kata dia, Indonesia bisa seperti Arab Saudi yang kaya raya berkat hasil buminya.
"Kita negara yang kaya nikel, jadi memungkinkan untuk itu. Kita tak hanya menyediakan baterai, tapi juga rantai global. Indonesia bisa kaya sebagaimana Arab Saudi kaya berkat minyak," kata dia.
(sfn/dry)
Komentar Terbanyak
Ini Dampak Buruk Andai Tarif Ojol Naik 8-15 Persen di Indonesia
Cerita di Balik Polisi Kawal Mobil Pribadi Diprotes Pemobil Lain
7 Mobil-motor Wapres Gibran yang Lapor Punya Harta Rp 25 Miliar